Pemanasan Global Terus Meningkat, Mengapa Kebijakan Pengurangan Emisi Masih Lambat?
Tanggal: 7 Mei 2025 19:46 wib.
Tampang.com | Pemanasan global semakin terasa. Bencana alam yang lebih sering dan intensitasnya yang meningkat jadi bukti nyata bahwa dampak perubahan iklim tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Namun, meski negara-negara dunia, termasuk Indonesia, sudah berjanji untuk menurunkan emisi karbon, kebijakan yang ada masih jauh dari harapan.
Kenaikan Suhu Global yang Terus Meningkat
Berdasarkan laporan terbaru dari IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), suhu global telah naik sekitar 1,1°C sejak abad ke-19 dan diprediksi akan terus meningkat hingga 2°C pada 2050. Indonesia, dengan posisi geografisnya yang rawan bencana alam, akan semakin terpapar dampak perubahan iklim, mulai dari banjir, kekeringan, hingga gelombang panas ekstrem.
Kebijakan Pengurangan Emisi Masih Tertahan
Meskipun Indonesia sudah meratifikasi Kesepakatan Paris dan berkomitmen mengurangi emisi karbon, implementasi kebijakan pengurangan emisi masih lambat. Rencana untuk mencapai net zero emissions (NZE) pada 2060 masih menjadi tantangan besar.
Menurut data Bappenas, kontribusi sektor energi, transportasi, dan industri terhadap emisi karbon Indonesia masih sangat tinggi. Namun, kebijakan untuk menekan sektor-sektor ini lebih banyak berupa rencana jangka panjang daripada aksi nyata yang bisa dirasakan dalam waktu dekat.
Keterbatasan Infrastruktur dan Teknologi Ramah Lingkungan
Pakar perubahan iklim dari Universitas Indonesia, Dr. Hendrik Saputra, menjelaskan bahwa keterbatasan infrastruktur yang ramah lingkungan, serta rendahnya investasi pada teknologi hijau, menjadi penghambat utama dalam upaya pengurangan emisi. "Indonesia butuh investasi besar untuk mempercepat transisi energi terbarukan, tapi masih terbentur regulasi dan biaya tinggi," ujar Hendrik.
Peran Sektor Swasta dalam Menurunkan Emisi
Beberapa perusahaan besar mulai menunjukkan kesadaran terhadap perubahan iklim dengan berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan. Namun, langkah ini masih terbatas pada segelintir perusahaan yang memiliki kapasitas besar. Di sisi lain, banyak usaha kecil dan menengah (UKM) yang kesulitan untuk beralih ke teknologi yang lebih ramah lingkungan karena minimnya dukungan pemerintah.
Solusi: Kolaborasi antara Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat
Untuk mencapai target pengurangan emisi, kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat diperlukan. Pemerintah perlu memberikan insentif fiskal bagi perusahaan yang mengimplementasikan teknologi rendah karbon dan mempercepat pembangunan infrastruktur energi terbarukan.
"Solusi nyata ada pada keberanian politik untuk menerapkan kebijakan yang lebih tegas dan menyediakan dukungan untuk teknologi hijau," kata Rina, seorang aktivis iklim.
Harapan di Tengah Ketidakpastian
Meskipun tantangan besar dihadapi, masih ada harapan. Negara-negara maju dan berkembang mulai bekerja sama untuk mencapai target emisi global yang lebih rendah. Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi terbesar keempat di dunia, memiliki peran vital dalam mewujudkan keberhasilan kesepakatan iklim global.