Sumber foto: Google

Pekerja Profesional di China Berbondong-bondong "Resign", dan Beralih Menjadi Pekerja Kasar

Tanggal: 23 Jul 2024 16:09 wib.
Pekerja di China pada saat ini mulai banyak yang memilih resign dari perusahaan mereka dan beralih menjadi pekerja kasar atau buruh lepas

 

  Salah satu contoh dari pekerja tersebut adalah Leon Li (27 tahun). Dia memutuskan untuk menjadi pekerja lepas setelah meninggalkan perusahaan teknologi terbesar di China. Sebelumnya, Li bekerja sebagai petugas administrasi yang bertugas mengatur rapat, menyiapkan dokumen, dan memenuhi kebutuhan atasan.

Namun, pada bulan Februari 2024, Li memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut. Dia meninggalkan karier yang stabil dan gaji yang memadai demi sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, yaitu menjadi tukang bersih-bersih rumah.

Tren peralihan pekerja profesional ini muncul di tengah-tengah meningkatnya permintaan pekerja kasar dengan bayaran per jam. Mengapa para pekerja di China memilih untuk meninggalkan perusahaan dan beralih menjadi pekerja kasar?

Tekanan kerja yang berat menjadi alasan utama. Li mengaku bahwa dia selalu melihat masa depan yang suram ketika masih bekerja sebagai karyawan di perusahaan terbesar di China. "Setiap pagi ketika alarm berbunyi, yang dapat saya lihat hanyalah masa depan yang suram," kata Li.

Dia memilih untuk meninggalkan pekerjaan sebagai petugas administrasi karena tekanan berat yang dirasakannya. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan di China mulai kehilangan daya tariknya karena ekonomi negara tersebut menghadapi berbagai tantangan, seperti krisis properti, penurunan investasi asing, dan penurunan konsumsi.

  Berdasarkan data terbaru dari Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis pada Juni 2024, ekonomi China tumbuh 4,7 persen pada kuartal kedua 2024. Angka tersebut jauh dari ekspektasi para ekonom dan menandai pertumbuhan terlemah sejak kuartal pertama tahun lalu.

Namun, tuntutan jam kerja yang panjang dan sumber daya yang menyusut melatarbelakangi karyawan seperti Li untuk memikirkan kembali kelayakannya mengorbankan waktu dan kesehatan untuk gaji yang lebih tinggi. Li bukan satu-satunya karyawan yang menolak jam kerja panjang atau dikenal dengan "budaya 996", yaitu bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam selama 6 hari dalam satu minggu. Praktik kerja seperti ini kerap dijumpai di perusahaan teknologi di China, start-up, dan bisnis swasta.

  Akibatnya, banyak pekerja yang memilih untuk mengundurkan diri demi menemukan keseimbangan hidup dan kerja yang lebih baik. Lebih memilih menjadi buruh. Setelah keluar dari pekerjaannya, Li kini menjadi tukang bersih-bersih rumah. "Saya suka bersih-bersih. Seiring dengan meningkatnya standar hidup di seluruh negeri, permintaan akan layanan kebersihan juga meningkat dengan pasar yang terus berkembang," kata pria yang tinggal di kota metropolitan Wuhan ini.

Lebih dari itu, Li merasa bahagia setiap kali melakukan pekerjaan kebersihan. Dia bahkan merasakan dirinya mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, mulai dari tidak lagi merasa pusing hingga tekanan mental yang berkurang. "Perubahannya adalah kepala saya tidak lagi terasa pusing. Tekanan mental saya berkurang. Saya merasa penuh energi setiap hari," kata Li.

Selain Li, pekerja di salah satu platform e-commerce live streaming terkemuka di China, Alice Wong (nama samaran) juga melakukan hal yang sama. Perempuan berusia 30 tahun itu rela melepas pekerjaan yang memberi penghasilan 700.000 yuan atau sekitar Rp 1,5 miliar per tahun dan memilih bekerja sebagai perawat hewan peliharaan di Chengdu, China.

Kini, Wang merasa lebih bahagia dan sedang menjalani pelatihan perawatan untuk mewujudkan ambisinya membuka toko perawatan hewan sendiri. "Itu rencana jangka panjangnya," kata Wang. Permintaan pekerja kasar di China melonjak, dan gaji tinggi. Survei platform perekrutan China, Zhaopin yang diluncurkan pada Juni 2024 menunjukkan, permintaan pekerja kasar di China naik 3,8 kali lipat pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama pada 2019.

  Pekerja kasar yang dimaksud adalah pengemudi truk, pelayan, teknisi, serta jasa pengiriman. Selain permintaan yang meningkat, gaji pekerja kasar itu juga naik. Karenanya, banyak pegawai profesional yang akhirnya memilih "banting stir" menjadi pekerja kasar.

Tren peralihan pegawai profesional menjadi pekerja kasar ini juga dirasakan oleh anak muda di China pada tahun 2023. Dilansir dari The New York Times, pemuda di China memilih meninggalkan pekerjaan bergengsi dan bertekanan tinggi, demi menjadi pekerja kasar.

Namun, skala tren tersebut sulit untuk diukur. Hanya saja, unggahan media sosial yang mendokumentasikan seorang akuntan yang beralih menjadi penjaga kasir di toko kelontong, viral di media sosial dan dilihat lebih dari 28 juta kali.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved