Panen Raya Tapi Harga Naik? Petani Merugi, Konsumen Pun Tersiksa!
Tanggal: 17 Mei 2025 14:15 wib.
Tampang.com | Momen panen raya seharusnya menjadi waktu petani menuai hasil dan masyarakat menikmati harga pangan yang turun. Namun, kenyataan justru sebaliknya: harga beras, cabai, dan bawang tetap tinggi, bahkan melonjak di sejumlah wilayah.
Harga Tak Turun, Pasar Justru Panik
Data Badan Pangan Nasional mencatat harga beras medium naik 8% dalam dua minggu terakhir, padahal panen sudah berlangsung. Di sisi lain, harga cabai rawit dan bawang merah justru mencetak rekor tertinggi dalam tiga bulan terakhir.
“Panen banyak, tapi harga tak kunjung turun. Ini tidak masuk akal!” kata Anton, pedagang di Pasar Cibinong.
Petani Tak Dapat Harga Layak, Tengkulak Untung Besar
Ironisnya, di tingkat petani, harga gabah justru anjlok. Banyak petani menjual di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) karena keterbatasan akses ke pasar langsung. Tengkulak memanfaatkan situasi, membeli murah dan menjual mahal ke konsumen.
“Beras dibeli Rp4.500 per kg dari kami, tapi sampai di pasar bisa dua kali lipat. Siapa yang untung?” keluh Sarwono, petani padi di Grobogan.
Distribusi dan Rantai Pasok Biang Masalah
Pakar ekonomi pangan menyebut sistem distribusi yang panjang dan tidak efisien sebagai penyebab utama harga tidak terkendali. Ketergantungan pada jalur logistik tertentu, minimnya cold storage, serta lemahnya pengawasan harga oleh pemerintah memperparah kondisi.
“Ini bukan sekadar soal panen, tapi sistem pangan kita yang tidak adil dari hulu ke hilir,” jelas Dr. Laila Kusumawati, ekonom dari UGM.
Solusi: Reformasi Rantai Distribusi dan Intervensi Harga yang Tepat
Pemerintah diminta segera melakukan intervensi dengan menyerap hasil panen langsung dari petani melalui BUMN pangan, memperpendek rantai distribusi, dan memperkuat koperasi tani. Langkah jangka panjangnya adalah membangun infrastruktur logistik modern yang merata.
Harga Pangan adalah Nyawa Ekonomi Rakyat
Jika harga pangan terus naik saat panen raya, artinya ada yang salah dalam sistem. Bukan hanya petani yang merugi, tapi juga jutaan masyarakat yang makin tercekik oleh mahalnya kebutuhan pokok.