Sumber foto: iStock

Pabrik Raksasa RI Siap Hasilkan Katoda Tembaga, Akan Diresmikan Jokowi

Tanggal: 19 Sep 2024 08:27 wib.
PT Freeport Indonesia (PTFI) bersiap memulai produksi perdana katoda tembaga dari fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) baru di Gresik, Jawa Timur (Jatim). Produksi katoda tembaga ini akan menjadi sejarah penting dalam hilirisasi sumber daya alam di Indonesia. Smelter dengan single line terbesar di Dunia ini memiliki kapasitas pemurnian hingga 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Ditambah dengan smelter pertama yang sudah beroperasi yaitu PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 220 ton perak per tahun.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas sempat mengatakan, rencananya peresmian produksi perdana katoda tembaga akan dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Hal ini tentunya menjadi penanda dukungan penuh pemerintah terhadap pengembangan industri pengolahan dalam negeri. Smelter konsentrat tembaga yang berlokasi di JIIPE ini menjadi salah satu proyek strategis nasional dengan investasi mencapai US$ 3,7 miliar atau Rp 58 triliun.

Jika smelter ini sudah berproduksi, PTFI juga telah mendapatkan pembeli atau off taker yang akan menyerap 100 ribu ton katoda tembaga per tahun. Adapun pembeli tersebut yakni PT Hailiang Group yang merupakan tetangga mereka.

Ini tetangga kita sudah mulai minta 100 ribu ton per tahun, kira-kira. Dan kemudian kalau kita harapkan juga ada industri-industri turunan lainnya yang akan meng-off take katoda tembaga kita, ungkap Tony beberapa waktu yang lalu.

Sementara untuk produksi emas, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dikatakan berkomitmen untuk mengambil 20 ton emas.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengatakan, pabrik konsentrat tembaga single line terbesar di dunia tersebut sudah selesai dibangun. Dan untuk produksi katoda tembaga pertamanya akan diresmikan langsung oleh Presiden Jokowi.

Akan diresmikan oleh Bapak Presiden Jokowi. Untuk di Freeport, konsentrat yang diambil dari Timika itu 3 juta ton, bebernya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, menilai bahwa pembangunan smelter Freeport Indonesia di lahan seluas 100 hektar adalah pencapaian yang luar biasa.

Proyek ini menunjukkan kemampuan dan komitmen Freeport Indonesia dalam mengembangkan industri pengolahan mineral di dalam negeri dengan skala yang sangat besar.

Alhamdulillah ini bagian dari perjanjian IUPK. Dan hasilnya hari ini ini paling hebat. Karena kita lihat 3-4 tahun lagi kedepan tidak ada yang bisa mampu membangun smelter seperti ini, di lahan 100 hektar di mana pun, ungkap Airlangga.

Menurut dia, pembangunan smelter Freeport di Gresik sudah tepat waktu, dan akan memberikan dampak signifikan bagi sektor hilirisasi industri di Indonesia.

Ini sebuah jumlah yang besar dan tentu hilirisasinya menjadi penting. Terutama untuk industri di power generation. Kemudian juga di electric mobility, perubahan dari Internal Combustion Engine (ICE) ke Electric Vehicle (EV), kata dia.

Setidaknya terdapat beberapa dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya smelter ini. Beberapa di antaranya adalah:

Tenaga Kerja

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengungkapkan Smelter Manyar secara akumulasi menyerap sekitar 40.000 tenaga kerja selama proses konstruksinya. Setelah operasional, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan memang akan lebih kecil.

Saat smelter beroperasi secara komersial, tenaga kerja yang dibutuhkan sekitar 2.000 orang. Adapun tenaga kerja diprioritaskan untuk warga lokal Gresik terlebih dulu. Untuk konstruksinya kumulatifnya mencapai 40 ribu tenaga kerja, ujar dia.

Potensi Investasi Baru

Pabrik smelter Freeport di Gresik ini memiliki potensi besar untuk mendorong investasi lanjutan di sektor hilir industri tembaga. Salah satu produk utama dari smelter ini adalah katoda tembaga.

Tony membeberkan bahwa pihaknya telah mendapatkan pembeli atau offtaker yang akan menyerap 100 ribu ton katoda tembaga per tahun dari smelter miliknya. Adapun pembeli tersebut yakni PT Hailiang Group yang merupakan tetangga mereka.

Katoda tembaga sendiri merupakan bahan baku penting dalam berbagai industri. Misalnya seperti industri kabel, elektronik, manufaktur peralatan listrik, hingga otomotif pada ekosistem kendaraan listrik (EV).

Dampak Ekonomi

Selain menyerap tenaga kerja dan mendorong investasi baru, smelter tembaga ini juga akan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah dan nasional. Menurut Tony Wenas, smelter Manyar berpotensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan industri turunan.

Sejalan dengan itu, pemerintah daerah, baik Provinsi Jawa Timur maupun Kabupaten Gresik, menjunjung tinggi kehadiran smelter ini sebagai badai ekonomi baru yang membawa angin segar bagi perekonomian daerah setempat. Potensi bisnis dan industri turunan juga akan semakin berkembang di sekitar wilayah Gresik.

Dari sisi ekonomi nasional, produksi katoda tembaga yang signifikan dari smelter ini juga akan berdampak dalam penguatan pertumbuhan industri nasional, khususnya industri yang menggunakan tembaga sebagai bahan baku. Hal ini juga akan berdampak pada peningkatan ekspor komoditas tembaga yang kemudian dapat berkontribusi pada penguatan penerimaan devisa bagi Indonesia.

Dari berbagai dampak positif tersebut, pembangunan smelter tembaga ini merupakan langkah penting dalam upaya hilirisasi sumber daya alam yang berkelanjutan. Melalui investasi dan komitmen dalam pengembangan industri pengolahan mineral, PTFI serta mitranya memberikan kontribusi besar bagi ekonomi dan industri dalam negeri, serta memberikan peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional secara keseluruhan. Dengan begitu, kesempatan kerja, peningkatan investasi, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat tercapai dengan adanya smelter tembaga ini.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved