Nasib Yurika: Perjuangan Seorang Bocah Penjual Tisu untuk Masa Depannya
Tanggal: 28 Apr 2024 09:10 wib.
Nasib pilu Yurika, seorang bocah penjual tisu, telah menjadi perbincangan hangat di media sosial. Yurika harus bersusah payah menjalani kehidupannya yang penuh dengan perundungan dari teman-temannya di sekolah. Ketika kabar ini sampai kepada Kak Seto, mantan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini pun ikut buka suara, meminta Dinas Sosial Kota Bandung untuk menangani kasus Yurika dengan serius.
Yurika kerap mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari teman-temannya, yang sering mem-bully dengan menyebutnya 'bau tai'. Di samping itu, Yurika juga harus bekerja keras menjajakan tisu di sekitaran tempat wisata Braga, Kota Bandung, Jawa Barat. Menurut Kak Seto, kondisi ini menempatkan Yurika dalam kategori pekerja anak, yang seharusnya tidak dibiarkan terjadi.
Kak Seto juga menegaskan bahwa anak seperti Yurika sepatutnya tidak diharuskan untuk bekerja membantu orang tua pada usianya yang masih sangat muda. Anak-anak seusianya seharusnya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan waktu untuk bermain dengan bahagia. Pembiaran terhadap kondisi hidup Yurika merupakan suatu hal yang tidak boleh dibiarkan, dan Dinas Sosial Kota Bandung diharapkan dapat menindaklanjuti dengan serius kasus yang menjadi viral tersebut.
Pengakuan Yurika tentang perlakuan kasar yang dialaminya telah menjadi bukti yang tidak bisa diabaikan. Meskipun Yurika telah melaporkan kejadian tersebut kepada guru di sekolah, namun tidak ada tindak lanjut yang serius dari pihak sekolah. Kak Seto menekankan bahwa pembiaran seperti ini merupakan salah satu yang menjadi penyebab maraknya perundungan terhadap anak-anak di sekolah. Seharusnya, pihak sekolah, terutama guru dan kepala sekolah, segera menghentikan tindak kekerasan tersebut sesuai amanat Undang-Undang Perlindungan Anak.
Kak Seto juga mendesak Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk bertindak tegas dalam menindaklanjuti kasus viral ini. Jika terjadi pembiaran, maka Dinas Pendidikan sebaiknya memberikan sanksi terhadap sekolah tempat Yurika belajar. Hal ini sebagai langkah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan ramah bagi anak-anak, serta memberikan hukuman kepada sekolah-sekolah yang membiarkan terjadinya perundungan di lingkungan pendidikan.
Kondisi Yurika yang harus berdagang tisu hingga larut malam untuk membantu orang tuanya tidak seharusnya menjadi beban yang harus ia tanggung pada usia yang masih sangat muda. Namun, Yurika dengan gigih berjuang untuk membantu meringankan beban keluarganya dengan pendapatan yang ia peroleh dari berdagang tisu. Meski menghadapi perundungan dan kesulitan, Yurika memiliki harapan untuk menjadi seorang guru di masa depan.
Setelah kisah Yurika menjadi viral, masyarakat juga berbondong-bondong memberikan dukungan kepada Yurika, termasuk dengan menggalang donasi untuk membantu kebutuhan Yurika. Semoga dengan adanya perhatian dan dukungan ini, Yurika dapat terus semangat dalam meraih masa depannya yang lebih baik.