Musim Kemarau 2025 Diprediksi Datang Lebih Cepat! Wilayah Ini Akan Alami Panas Ekstrem Paling Lama
Tanggal: 4 Jun 2025 10:23 wib.
Musim kemarau kembali menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia, terutama menjelang pertengahan tahun. Berdasarkan prediksi resmi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Indonesia akan memasuki musim kemarau secara bertahap mulai dari April hingga Juni 2025. Diperkirakan, sekitar 403 Zona Musim (ZOM), atau setara dengan 57,7% dari total wilayah di Indonesia, akan mengalami peralihan menuju musim kering dalam periode tersebut.
Meski sebagian wilayah mulai memasuki kemarau pada waktu yang tergolong normal, BMKG mengungkapkan bahwa pada tahun ini peralihan musim di banyak daerah terjadi dengan kecepatan yang bervariasi. Secara total, 409 ZOM atau sekitar 59% wilayah Indonesia diprediksi akan menghadapi musim kemarau pada kurun waktu yang bisa jadi setara atau bahkan sedikit lebih lambat dibandingkan waktu normal.
Dari segi intensitas curah hujan, BMKG menyatakan bahwa sebagian besar wilayah akan mengalami curah hujan yang berada pada kategori "normal." Artinya, hujan tidak akan datang lebih deras maupun lebih ringan dari biasanya. Ini berarti kondisi cuaca di musim kemarau tahun ini cenderung stabil dan tidak menunjukkan anomali ekstrem seperti kekeringan parah ataupun curah hujan di luar kebiasaan.
Kapan Puncak Musim Kemarau Terjadi?
Salah satu pertanyaan penting yang sering diajukan masyarakat adalah: kapan puncak musim kemarau terjadi? Menurut laporan resmi BMKG yang dirilis dalam dokumen berjudul Prediksi Musim Kemarau Tahun 2025 di Indonesia, puncak musim kemarau diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus 2025, terutama di sebagian besar wilayah Indonesia.
Namun, tak semua daerah akan mengalami puncak kemarau di bulan yang sama. Jika ditelusuri lebih lanjut, periode puncak kemarau diprediksi berlangsung antara Juni hingga Agustus 2025, tergantung lokasi geografis masing-masing ZOM. Dari total 698 ZOM di seluruh Indonesia, sebanyak 562 zona (setara dengan 80,4%) akan mengalami puncak kemarau pada rentang tiga bulan tersebut.
Daerah-Daerah yang Masuk Puncak Kemarau Lebih Awal
Sebanyak 222 ZOM atau sekitar 31,8% wilayah Indonesia akan mengalami puncak musim kemarau lebih awal, yaitu antara bulan Juni dan Juli 2025. Wilayah-wilayah ini mencakup sebagian besar Sumatra, bagian barat Pulau Jawa, Kalimantan bagian utara, sebagian kecil wilayah Sulawesi, serta wilayah tengah dan timur Papua. Warga di wilayah ini perlu mewaspadai risiko kebakaran lahan dan kekeringan akibat suhu tinggi yang bisa berlangsung lebih cepat dari biasanya.
Sementara itu, sebanyak 340 ZOM (sekitar 48,6%) diprediksi akan mengalami puncak musim kemarau pada Agustus 2025. Daerah yang termasuk dalam kategori ini antara lain Jawa bagian tengah hingga timur, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar wilayah Sulawesi, serta Bali dan Nusa Tenggara. Wilayah Maluku, Maluku Utara, dan sebagian Papua juga termasuk dalam zona yang mengalami puncak kemarau pada bulan tersebut.
Lama Musim Kemarau Bervariasi
Durasi musim kemarau di berbagai daerah pun tak sama. Beberapa wilayah hanya akan mengalami musim kering dalam waktu relatif singkat, sekitar enam dasarian atau dua bulan. Ini umumnya terjadi di sebagian wilayah Sumatra dan Kalimantan. Di sisi lain, terdapat wilayah yang mengalami musim kemarau sangat panjang, yaitu hingga lebih dari 24 dasarian atau sekitar delapan bulan. Ini diprediksi terjadi di beberapa wilayah di Sulawesi.
Fakta menarik lainnya adalah bahwa durasi musim kemarau tahun ini secara umum diperkirakan akan lebih pendek dibandingkan rata-rata normal. Hal ini tercermin dari data yang menyebutkan bahwa sekitar 298 ZOM (43% dari total wilayah Indonesia) akan mengalami kemarau dengan waktu yang lebih singkat dari biasanya. Ini bisa menjadi kabar baik bagi sektor pertanian dan masyarakat yang terdampak langsung oleh musim kering berkepanjangan.
Pentingnya Kesiapan dan Mitigasi
Dengan datangnya musim kemarau, pemerintah daerah dan masyarakat perlu meningkatkan kesiapan terhadap berbagai dampak yang mungkin terjadi. Risiko seperti kekeringan, penurunan kualitas air, gagal panen, serta meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi tantangan utama yang perlu diantisipasi.
BMKG sendiri terus mendorong pemerintah daerah, sektor pertanian, dan instansi terkait untuk menggunakan data prediksi ini sebagai acuan dalam menyusun strategi mitigasi dan adaptasi. Informasi waktu dan durasi musim kemarau yang akurat sangat penting untuk pengelolaan air irigasi, pengaturan pola tanam, hingga antisipasi kebakaran di lahan gambut.
Dengan memahami secara lebih baik tentang kapan dan seberapa lama musim kemarau akan berlangsung, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah preventif yang lebih matang. Mulai dari konservasi air, mengurangi pembakaran lahan, hingga menyesuaikan jadwal tanam sesuai prediksi iklim.