Morelia Viridis, Si Cantik dari Papua yang Kini Terancam Punah
Tanggal: 13 Mei 2025 19:29 wib.
Tampang.com | Di balik lebatnya hutan hujan Papua, hidup seekor ular eksotis yang keberadaannya kini mulai terancam—Morelia viridis, atau lebih dikenal sebagai green tree python atau sanca hijau Papua. Ular ini bukan hanya endemik Papua, tetapi juga masuk dalam daftar satwa yang dilindungi Pemerintah Indonesia karena populasinya yang kian menurun akibat perburuan dan perdagangan ilegal.
Warna Eksotis yang Menarik Para Kolektor
Morelia viridis dikenal memiliki dua varian warna yang mencolok, yaitu hijau dan keemasan. Menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat, Jhoni Santoso Silaban, varian berwarna emas dianggap lebih indah dan karenanya lebih sering diburu oleh kolektor reptil.
“Warna keemasan membuat ular ini terlihat lebih menarik, sehingga banyak diburu dan menyebabkan populasinya di alam menurun drastis,” ujarnya.
Status Dilindungi dan Habitat Konservasi
Sebagai bentuk perlindungan, pemerintah telah menetapkan Morelia viridis sebagai satwa dilindungi. Selain itu, beberapa kawasan konservasi telah dijadikan habitat perlindungan alami bagi ular ini, seperti Taman Nasional Wasur di Merauke dan wilayah ekowisata seperti Raja Ampat.
Namun, hingga kini, belum ada konservasi khusus yang sepenuhnya dikhususkan untuk spesies ini, yang membuat ancaman terhadap kelangsungan hidupnya tetap tinggi.
Karakteristik Fisik dan Cara Berburu
Morelia viridis termasuk dalam famili Pythonidae dan memiliki ciri tubuh ramping dengan panjang mencapai 1,5 hingga 2 meter. Ekor ular ini cukup panjang, yaitu sekitar 14 persen dari total tubuh atau 21–28 cm. Kepala dan lehernya mudah dibedakan—dengan moncong yang besar dan lancip.
Seperti kebanyakan ular lainnya, Morelia viridis menggunakan lidahnya yang cepat menjulur untuk mengumpulkan partikel kimia dari udara, yang kemudian diteruskan ke organ Jacobson, bagian tubuh yang berfungsi sebagai alat penciuman dan membantu ular melacak mangsanya.
Proses Pertumbuhan dan Warna Kulit yang Berubah
Menurut Hari Suroto, peneliti dari Pusat Riset Arkeologi BRIN, ular ini mengalami perubahan warna yang mencolok selama pertumbuhannya:
Saat baru lahir, ular ini bisa berwarna kuning cerah hingga kecokelatan.
Saat dewasa, warna tubuh berubah menjadi hijau mencolok dengan bintik putih atau kuning.
Beberapa bahkan ditemukan memiliki warna biru sempurna, menjadikannya semakin langka dan diburu.
Selain warna, pergantian kulit sebanyak tiga kali dalam fase hidupnya membuat sanca Papua tampak semakin eksotis di mata para penggemar reptil.
Ukuran dan Perbedaan Jantan-Betina
Ular jantan dewasa biasanya memiliki berat antara 1,1–1,4 kilogram, sedangkan betina bisa mencapai 16 kilogram. Bahkan, tercatat pernah ditemukan betina dengan berat hingga 22 kilogram. Ukuran besar dan penampilan yang mencolok menjadikan mereka salah satu jenis python paling memikat di dunia reptil.
Ancaman Perburuan dan Perdagangan Ilegal
Sayangnya, popularitas ular ini juga menjadi ancaman terbesar bagi kelestariannya. Morelia viridis masih sering diburu secara liar, bahkan oleh masyarakat adat Papua untuk dikonsumsi, seperti yang terjadi di wilayah hutan Sungai Mamberamo.
Meskipun bandara besar seperti Sentani, Merauke, Mimika, Sorong, dan Manokwari telah memperketat pengawasan terhadap penyelundupan satwa, perburuan tradisional tetap menjadi tantangan besar dalam upaya pelestarian.
Satwa Jinak yang Tidak Berbisa
Meski tampilannya menakutkan bagi sebagian orang, Morelia viridis adalah ular yang jinak dan tidak berbisa. Mereka hidup di pepohonan dan menjadi bagian penting dari ekosistem hutan Papua.
Namun, karena proses penangkarannya yang sulit dan permintaan tinggi di pasar gelap, upaya pelestarian satwa ini harus dilakukan secara serius dan berkelanjutan.