Momen Kebersamaan dalam Tradisi Ngejot Idul Adha yang Dilestarikan LDII Bali
Tanggal: 10 Jun 2025 11:20 wib.
Ketua Majelis Desa Adat (MDA) Bali, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, mengungkapkan rasa bahagianya ketika melihat tradisi 'ngejot' atau berbagi kepada tetangga tetap dipertahankan oleh Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Bali. Di acara Hari Raya Idul Adha yang berlangsung di Denpasar pada Jumat lalu, prosesi ngejot ini dilaksanakan dengan melibatkan seluruh umat beragama.
Ida Penglingsir Agung mengatakan, "Setiap perayaan keagamaan merupakan kesempatan bagi kita untuk saling mendukung. LDII berperan aktif dalam memelihara, melestarikan, dan meneruskan tradisi ngejot ini, yang menjadi salah satu elemen penting dalam menjaga kerukunan di Bali sejak zaman dahulu." Ia menekankan pentingnya tolong-menolong di setiap agama melalui berbagai tradisi, termasuk dalam momen kurban saat Idul Adha.
Dengan adanya semangat dari umat Islam yang tergabung dalam LDII, ia merasa hal ini perlu disyukuri dan menjadi sumber kebahagiaan bagi semua umat beragama di Bali. "Sekitar ajaran dalam kitab-kitab suci berbagai agama, terdapat semangat berkurban, berkorban, serta jiwa saling menolong dan peduli," tambahnya.
Ketua LDII Bali, Olih Solihat Karso, menyebutkan bahwa pada perayaan Idul Adha tahun 2025, mereka mengorbankan 145 ekor sapi dan 275 ekor kambing. Dari jumlah tersebut, dihasilkan 10.000 paket daging kurban yang akan disebar melalui jaringan LDII di seluruh Bali, termasuk untuk masyarakat di sekitar yang membutuhkan, tanpa melihat latar belakang agama.
Di Kantor LDII Bali, telah didata sekitar 200 kepala keluarga (KK) tetangga yang akan menerima daging kurban berkat tradisi ngejot yang rutin dijalankan setiap tahunnya. "Kami tidak hanya memberikan kepada umat Islam, tetapi juga kepada semua umat yang ada di Bali. Ini semua bagian dari konsep 'menyama braya', yang berarti kita adalah saudara meskipun berbeda keyakinan," kata Olih Solihat.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa kegiatan ngejot di setiap perayaan hari besar keagamaan seperti ini sangat berperan dalam memperkuat persaudaraan antarumat. Hal tersebut dapat membantu menjaga kedamaian di daerah yang heterogen. "Kami berharap kerukunan antarumat akan terus terjalin, dan alhamdulillah sampai sekarang, tidak ada permasalahan yang terjadi. Biasanya, potensi gesekan antarumat di tempat lain ada, tetapi di sini kami terhindar dari itu," ujarnya.
Salah satu warga Padangsambian yang menerima manfaat dari tradisi ini, Gusti Ayu Anjani (46 tahun), mengekspresikan kebahagiaannya terhadap keberlangsungan tradisi ngejot di daerahnya. Ia berharap kerukunan antarumat tetap terjaga dan perayaan Idul Adha setiap tahunnya berlangsung dengan lancar dan khusyuk.
“Di sini, semua orang sudah akrab. Kami senang setiap tahun mendapatkan daging kurban. Terima kasih banyak, saya belum tahu masak apa nanti, jadi saya akan berikan kepada anak kost untuk diolah,” ungkapnya dengan penuh rasa syukur.