Merayakan Kekayaan Budaya melalui Festival Seni Budaya Krisna-Saba di Bali

Tanggal: 30 Jun 2025 10:00 wib.
Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, menekankan pentingnya Festival Seni Budaya Krisna-Saba yang diadakan di Gianyar, Bali. Menurutnya, acara ini memiliki potensi besar untuk menjadi kegiatan tahunan yang berkelanjutan karena berperan dalam melestarikan warisan adat dan budaya, serta memberi kontribusi pada perkembangan ekonomi desa-desa wisata lokal.

“Harapan saya adalah agar acara ini terus diadakan setiap tahun. Saya juga sangat senang melihat partisipasi anak-anak muda dalam festival ini. Ini adalah sebuah Platform yang memungkinkan kita mengekspresikan diri sekaligus melestarikan tradisi dan seni yang telah ada,” ungkap Ni Luh dalam pernyataan yang dirilis di Jakarta pada hari Minggu.

Dalam sambutan yang disampaikan pada malam acara yang berlangsung pada 27 Juni 2025, Ni Luh menekankan bahwa Festival Seni Budaya Krisna-Saba lebih dari sekadar perayaan yang menampilkan pusat oleh-oleh terbesar di Bali. Acara ini merupakan simbol nyata dari upaya pelestarian nilai-nilai adat, budaya, dan penguatan daya tarik pariwisata Bali.

Melalui festival ini, kekayaan seni dan budaya yang dimiliki oleh Desa Saba, yang selama ini kurang terangkat, kini kembali dipromosikan kepada masyarakat luas. Yang paling penting, generasi muda pun dilibatkan untuk menjadi penerus dan penjaga warisan budaya Bali di masa mendatang.

Festival yang digelar dari tanggal 27 hingga 28 Juni 2025 menghadirkan serangkaian kegiatan menarik. Dari parade budaya yang megah, penampilan musik tradisional yang memikat, hingga beragam lomba yang melibatkan masyarakat. Tak kalah menarik adalah pertunjukan Tari Kolosal Awatara Krisna, pertunjukan fesyen yang memukau, serta alunan musik yang menghibur.

Ni Luh juga mengusulkan agar para penyelenggara Festival Seni Budaya Krisna-Saba segera mengembangkan kekayaan intelektual (intellectual property/IP) untuk melindungi hak cipta yang dihasilkan dari kreativitas dan karya seni yang ditampilkan. Dengan adanya perlindungan hukum yang memadai, festival ini dapat terlindungi dan berlangsung lebih lama.

“Harapan kami adalah untuk mendorong munculnya lebih banyak acara berbasis budaya yang diciptakan dan dikelola oleh putra-putri bangsa. Kami ingin melihat acara-acara tersebut menjadi terkenal secara internasional dan muncul lebih banyak pemimpin muda yang menjunjung tinggi budaya dalam setiap event yang mereka gelar,” tuturnya.

Gusti Ngurah Anom, atau yang dikenal dengan sebutan Ajik Krisna, selaku pemilik dan penyelenggara, memegang teguh prinsip untuk memberi manfaat bagi masyarakat Bali. Ia berkomitmen untuk membawa perubahan positif tanpa melupakan akar budaya meski zaman terus berkembang. Festival Seni Budaya Krisna-Saba menjadi wadah untuk mewujudkan komitmen tersebut.

“Setiap hal yang saya capai, selalu saya kembalikan kepada masyarakat Bali. Saya bertekad agar seni budaya Bali tidak pudar di masa depan, dan pengembangan UMKM tetap berjalan di Bali,” ujar Ajik dengan penuh semangat.

Raffi Ahmad, Utusan Khusus Presiden dalam Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, menyebut Ajik sebagai sosok inspiratif yang telah diakui sebagai pahlawan lokal oleh masyarakat Bali. Kehadiran festival ini diharapkan semakin memperkuat identitas dan rasa bangga masyarakat setempat.

“Festival ini sejalan dengan arahan Presiden yang menekankan pembangunan dari desa hingga ke akar rumput. Ini krusial untuk mencapai pemerataan ekonomi dan mengatasi kemiskinan,” tutup Raffi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved