Menyambangi Masa Lalu di Pameran Sangiran: Dari Jejak Purba Menuju Inspirasi Masa Depan
Tanggal: 1 Sep 2025 14:23 wib.
Di balik bentangan lahan Karanganyar yang tenang, ada sebuah ruang waktu yang seakan terbuka. Museum De Tjolomadoe, bekas pabrik gula kolonial, kini bertransformasi menjadi panggung besar sejarah manusia. Di sanalah, Museum Manusia Purba Sangiran menghadirkan pameran bertajuk “Sangiran, Sekarang Sambang Masa Lalu, Songsong Masa Depan” sebuah perjalanan imajinatif yang menghubungkan kita dengan jutaan tahun silam.
Pameran yang digelar sejak 28 Agustus 2025 dan berlangsung selama setahun ke depan ini membawa pengunjung menelusuri replika fosil manusia purba hingga fosil asli fauna Pleistosen. Lebih dari sekadar memamerkan benda arkeologis, pameran ini dirancang dengan instalasi interaktif dan narasi edukatif yang membuat pengunjung seakan menyelam ke dalam lorong evolusi manusia.
“Kolaborasi antara Museum Sangiran dan Museum De Tjolomadoe menjadi langkah strategis memperluas akses publik terhadap warisan budaya. Museum bukan lagi sekadar ruang penyimpanan benda bersejarah, melainkan ruang dialog budaya yang hidup,” kata Abi Kusno, Kepala Museum dan Cagar Budaya Kementerian Kebudayaan.
Tiga Tema, Satu Benang Merah
Pameran ini disusun dalam tiga lapisan besar, layaknya bab dalam buku sejarah panjang umat manusia.
Sangiran, Sekarang
Di tahap ini, pengunjung diperkenalkan pada kekayaan koleksi lima klaster utama Sangiran: Krikilan, Ngebung, Bukuran, Dayu, dan Manyarejo. Koleksi ini menjadi pintu masuk untuk memahami peran Sangiran sebagai situs arkeologi kelas dunia yang diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia.
Sambang Masa Lalu
Inilah bagian paling memikat sebuah perjalanan waktu ke 2,4 juta tahun lalu. Pengunjung diajak memahami bagaimana manusia purba hidup berdampingan dengan lingkungannya, dari teknik bertahan hidup hingga jejak perubahan iklim dan lanskap. Fosil-fosil yang dipamerkan bukan hanya benda mati, melainkan fragmen cerita tentang asal-usul kita.
Songsong Masa Depan
Pameran tidak berhenti pada masa lalu. Di sinilah Sangiran diproyeksikan sebagai pusat ilmu pengetahuan, pariwisata, dan inspirasi global. Evolusi tidak lagi sekadar kisah purba, tetapi juga pijakan bagi inovasi masa depan.
Lebih Dekat dengan Publik
Menurut Marlia Yulianti Rosyidah, Penanggung Jawab Unit Museum Manusia Purba Sangiran, pameran ini adalah kesempatan emas untuk membawa Sangiran keluar dari “rumahnya” dan lebih dekat dengan masyarakat luas. “Warisan budaya tidak boleh hanya dinikmati peneliti atau wisatawan tertentu, tetapi harus bisa diakses siapa saja, sebagai cermin jati diri bangsa,” ujarnya.
Dengan pendekatan inovatif ini, pengunjung tidak hanya belajar sejarah, tetapi juga diajak merenungkan nilai-nilai kebudayaan, identitas, dan tanggung jawab pelestarian. Pameran ini menjadi ajakan: bahwa untuk menatap masa depan dengan percaya diri, kita harus berani menyelami akar masa lalu.