Mengerikan! Baku Tembak di Papua Nugini Tewaskan 30 Orang
Tanggal: 17 Sep 2024 05:10 wib.
Barisan kekerasan mengerikan terjadi di Papua Nugini, di mana baku tembak antara ratusan anggota suku di dataran tinggi telah menyebabkan kematian sedikitnya 30 orang. Hal ini telah dilaporkan oleh VOA Indonesia pada Senin (16/9/2024). Aparat keamanan ditugaskan dengan keadaan darurat untuk meredakan kekacauan yang terjadi.
Kerusuhan dimulai saat para penambang ilegal melukai pemilik tanah di Lembah Porgera pada Agustus 2024. Tambang emas di daerah tersebut merupakan salah satu tambang emas terbesar di Papua Nugini. Perundingan damai tidak membuahkan hasil, dan situasi pun berkembang menjadi bentrokan antar suku yang mengakibatkan sekitar 300 tembakan pada hari Minggu, 15 September 2024, seperti yang diungkapkan oleh Komandan Polisi Joseph Tondop.
Bentrokan tersebut mengakibatkan setidaknya 30 anggota suku tewas. Banyak perempuan dan anak-anak terpaksa mengungsi, sementara rumah-rumah terbakar habis. Dua pejabat juga tewas saat menunggu angkutan pulang setelah bekerja. Polisi melaporkan bahwa situasinya semakin buruk karena penambang ilegal dan pemukim ilegal mengabaikan hak-hak tradisional pemilik tanah serta menyebabkan ketakutan di kalangan masyarakat setempat.
Komisaris Polisi David Manning menyatakan bahwa pihaknya akan menggunakan kekuatan yang diperlukan untuk memulihkan ketertiban di daerah dataran tinggi yang sulit dijangkau. "Sederhananya, ini berarti jika Anda mengangkat senjata di tempat umum atau mengancam orang lain, Anda akan ditembak," ujar Manning dalam pernyataannya di akhir pekan.
Klan penambang ilegal Sakar diduga menduduki tanah yang seharusnya milik suku Piande, yang telah memicu konflik suku di daerah tersebut. Konflik antarsuku cukup sering terjadi di dataran tinggi Papua Nugini, namun masuknya senjata otomatis menjadikan bentrokan semakin mematikan. Tingginya angka bentrokan ini dipicu oleh keberadaan lebih dari '100 senjata berkekuatan tinggi di tangan yang salah', demikian ungkapan dari pihak kepolisian.
Tambang emas Porgera sebelumnya menyumbang sekitar 10% dari pendapatan ekspor tahunan Papua Nugini. Namun, kekerasan suku yang semakin meningkat dan pengambilalihan pemerintah yang berkelanjutan telah memperlambat produksi dalam beberapa tahun terakhir.
Baku tembak antara klan yang bermusuhan yang tinggal di dekat tambang menewaskan sedikitnya 17 orang pada tahun 2022. Pada awal tahun ini, sedikitnya 26 orang, termasuk 16 anak-anak, tewas ketika tiga desa di provinsi Sepik Timur diserang.
Paus Fransiskus, dalam kunjungannya pekan lalu, mendesak Papua Nugini untuk menghentikan kekerasan tersebut. "Saya sangat berharap kekerasan suku akan berakhir," katanya. "Kekerasan ini telah menelan banyak korban, mencegah orang hidup damai, dan menghambat pembangunan."
Kejadian mengerikan di Papua Nugini ini menjadi perhatian internasional, terutama dalam upaya menjaga perdamaian dan keamanan di daerah tersebut. Keberadaan senjata api yang begitu mudah dijangkau oleh berbagai pihak di Papua Nugini turut memperparah situasi konflik yang mematikan. Upaya mediasi antar suku dan penegakan hukum yang kuat harus bersinergi untuk mengatasi dan mencegah kekerasan serupa terjadi di masa mendatang.
Pentingnya penegakan keadilan dan perlindungan hak-hak tradisional suku-suku di Papua Nugini juga harus diperhatikan oleh pemerintah, agar situasi yang mengerikan ini tidak terulang di masa yang akan datang. Penanganan konflik antarsuku dan penegakan hukum yang adil menjadi kunci dalam mewujudkan perdamaian di Papua Nugini.
Hal ini merupakan tanggung jawab bersama semua pihak, baik dari pemerintah, kepolisian, maupun masyarakat luas. Keberlanjutan produksi tambang emas di Papua Nugini maupun pembangunan yang berkelanjutan di daerah tersebut juga harus diimbangi dengan peningkatan keamanan dan perdamaian yang berkelanjutan.