Sumber foto: Google

Mengenang Sosok Argo Ericko Achfandi: Harapan dan Penyesalan Sang Adik

Tanggal: 1 Jun 2025 10:29 wib.
Depok, Tampang.com – Duka mendalam menyelimuti keluarga Argo Ericko Achfandi (19), mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM) yang meninggal dunia akibat ditabrak pengemudi mobil BMW, Christiano Pangarapenta Pangidahen Tarigan, pada Sabtu (24/5/2025) dini hari di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Kepergian Argo meninggalkan kesan mendalam, terutama bagi sang adik, Keefa Satria Achfandi (17), dan sang ibunda, Meiliana (48).

Meiliana mengenang saat ia sempat membangunkan Argo untuk menunaikan shalat Subuh pada Sabtu (24/5/2025) pagi melalui sambungan telepon, tanpa mengetahui bahwa putranya telah meninggal dunia di lokasi kejadian pada pukul 01.00 WIB. "Beliau meninggal, saya membangunkan shalat Subuh. Paginya, Sabtu pukul 07.39 WIB, saya membangunkan shalat Subuh. Sudah kesiangan juga itu," tutur Meiliana saat ditemui di rumah duka, Kalibaru, Cilodong, Kota Depok, Sabtu (31/5/2025).

Sehari sebelum kecelakaan, pada Jumat (23/5/2025) pukul 20.40 WIB, Meiliana sempat bertukar kabar melalui pesan WhatsApp dengan Argo. "Ternyata beliau sedang organisasi, itu di Jumat. Kejadiannya kan jam 01.00 WIB," ujarnya. Meiliana mengaku komunikasi terakhirnya dengan Argo secara langsung adalah pada Kamis (22/5/2025), saat Argo merayakan ulang tahunnya yang ke-19. Meskipun Argo seringkali lambat membalas pesan karena kesibukan organisasinya, Meiliana kini menyadari betapa bertanggung jawabnya sang putra sulung. "Pagi saya WhatsApp, malam baru (balas), itu pun sedikit. ‘Iya bun, aman’. Ternyata dengan begitu banyak kesibukan beliau, anaknya sangat bertanggung jawab," kenang Meiliana.

Sementara itu, sang adik, Keefa Satria Achfandi, juga mengungkapkan kesedihannya. Ia mengaku tidak percaya saat pertama kali mendengar kabar kepergian kakaknya. "Jujur, kalau saya pertama kali mendengar kabar kalau abang saya sudah enggak ada, itu saya benar-benar enggak percaya ya," ujar Keefa di rumah duka. Kepercayaan itu baru datang saat ia melihat jenazah kakaknya dimakamkan, di mana tangisannya pun pecah.

Keefa mengenang kakaknya sebagai sosok yang luar biasa dan penuh prestasi. "Dia itu dikenal hebat oleh semua orang, dan juga atas prestasi-prestasi dia, dan juga kebaikan dia, juga perjuangan dia, dari semua tanggungan dan harapan orang-orang terdekat terhadap dia," tambahnya. Mengingat kehebatan sang kakak, Keefa bertekad untuk mengikuti jejak Argo dengan belajar lebih giat dan aktif dalam berbagai organisasi, sesuai pesan terakhir Argo kepadanya, dua hari sebelum ulang tahun kakaknya.

Namun, di balik kenangan indah dan harapan untuk melanjutkan perjuangan sang kakak, tersimpan penyesalan terbesar bagi Keefa. Ia mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah mencoba berkomunikasi secara mendalam dengan Argo. "Saya sebagai adik, paling menyedihkan adalah, saya tidak pernah mencoba untuk berkomunikasi dengan dia," kata Keefa. Keefa, yang kini masih duduk di bangku kelas 2 SMA, menyadari bahwa ketidakdekatannya dengan Argo merupakan bentuk keegoisan yang tidak patut dicontoh dalam kehidupan berkeluarga, memahami kesibukan kakaknya sebagai mahasiswa. "Abang juga sibuk kalau pulang. Jadi, mau mengobrol, tiba-tiba sudah pergi, dan abang juga lebih diam," ungkapnya.

Peristiwa tragis ini terjadi ketika mobil BMW yang dikemudikan Christiano Pengarapenta Pengidahan Tarigan, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, menabrak sepeda motor yang dikendarai Argo. Pihak kepolisian telah menetapkan pengemudi BMW sebagai tersangka pada 27 Mei 2025. Kepergian Argo Ericko Achfandi menjadi duka bagi keluarga, rekan, dan almamaternya, meninggalkan kenangan akan sosok berprestasi dan harapan yang belum sempat terwujud.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved