Sumber foto: Canva

Mengapa Harga Tiket Konser di Indonesia Sering Jadi Polemik

Tanggal: 1 Sep 2025 13:41 wib.
Demam konser internasional di Indonesia tak pernah surut. Setiap pengumuman tur musisi dunia selalu disambut antusias, namun tak jarang euforia tersebut langsung berganti polemik. Pemicu utamanya adalah harga tiket konser yang sering dianggap tidak masuk akal, bahkan cenderung lebih mahal dibandingkan negara tetangga. Di balik tingginya harga tiket, ada banyak faktor kompleks yang saling terkait, mulai dari biaya operasional yang besar, pajak, hingga dinamika pasar lokal.

Biaya Produksi yang Menggunung

Menggelar konser berskala besar, apalagi mendatangkan artis internasional, adalah bisnis yang sangat mahal. Biaya-biaya ini harus ditutupi oleh penjualan tiket, yang pada akhirnya memengaruhi harga jual ke konsumen. Salah satu komponen terbesar adalah biaya talenta. Musisi atau band kelas dunia memiliki fee yang sangat tinggi, yang bisa mencapai jutaan dolar per pertunjukan. Angka ini tidak bisa dinegosiasikan dengan mudah dan menjadi beban utama yang harus ditanggung promotor.

Selain fee artis, ada juga biaya produksi yang tidak sedikit. Ini termasuk sewa tempat (arena, stadion), pembangunan panggung yang megah dengan tata cahaya dan suara berstandar internasional, serta logistik untuk mengangkut peralatan dari luar negeri. Peralatan ini seringkali sangat berat dan besar, sehingga butuh penanganan khusus. Untuk musisi sekelas Taylor Swift atau Ed Sheeran, peralatan yang dibawa bisa memenuhi puluhan truk kontainer. Semua biaya ini, ditambah biaya akomodasi, transportasi, dan keamanan untuk seluruh kru artis, menjadi faktor penentu harga tiket.

Beban Pajak dan Regulasi Lokal

Faktor lain yang sering menjadi kambing hitam adalah pajak dan regulasi lokal. Di Indonesia, harga tiket konser dikenakan Pajak Pertunjukan Hiburan (PPN) yang besar. Seringkali, pajak ini bervariasi tergantung kebijakan pemerintah daerah, yang bisa mencapai puluhan persen dari harga tiket. Beban pajak ini langsung ditambahkan ke harga tiket final yang dibayar pembeli. Sementara itu, di negara-negara lain, mungkin ada kebijakan pajak yang lebih ringan atau bahkan insentif untuk mendorong industri kreatif.

Selain pajak, ada juga biaya perizinan yang kompleks dan berjenjang. Promotor harus mengurus izin dari berbagai instansi, mulai dari kepolisian hingga pemerintah daerah. Setiap izin ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Regulasi yang ketat terkadang juga memaksa promotor untuk mengeluarkan biaya tambahan, misalnya untuk menambah jumlah petugas keamanan atau tim medis yang jumlahnya harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. Semua biaya izin ini, meskipun tidak terlihat langsung, pada akhirnya dibebankan ke harga tiket.

Peran Promotor dan Permainan Pasar

Promotor adalah pihak yang mengambil risiko terbesar dalam sebuah konser. Mereka harus membiayai seluruh operasional di muka, dan keuntungan hanya didapat jika tiket terjual habis. Margin keuntungan yang mereka targetkan juga menjadi faktor penentu harga. Jika promotor menetapkan margin yang terlalu tinggi, harga tiket akan melambung. Namun, perlu diingat, risiko kegagalan konser bisa sangat besar. Jika tiket tidak laku, promotor bisa merugi hingga miliaran rupiah.

Selain itu, dinamika pasar juga memengaruhi harga. Indonesia adalah pasar yang sangat besar dengan permintaan yang tinggi, namun seringkali jumlah konser terbatas. Kondisi supply and demand ini membuat harga tiket cenderung lebih tinggi. Produsen tiket seringkali menggunakan skema harga bertingkat, di mana tiket kategori termahal (VIP) dijual dengan harga sangat tinggi untuk menutupi biaya awal, sementara kategori termurah dijual untuk menarik audiens yang lebih luas.

Calo dan tiket ilegal juga memperburuk situasi. Ketika tiket resmi terjual habis dalam hitungan menit, para calo mengambil kesempatan dengan menjual kembali tiket dengan harga berkali-kali lipat. Meskipun ini bukan kesalahan promotor, kondisi ini menambah persepsi publik bahwa harga tiket konser memang tidak terjangkau.

Kapasitas Venue dan Daya Beli Audiens

Ukuran venue atau lokasi konser juga memainkan peran krusial. Indonesia mungkin punya banyak stadion, tetapi tidak semuanya memiliki kapasitas besar dan fasilitas yang memadai untuk konser kelas dunia. Jumlah penonton yang bisa ditampung terbatas. Sementara itu, biaya fee artis dan produksi tetap sama, terlepas dari berapa banyak tiket yang terjual. Jika kapasitas penonton kecil, harga tiket per orang harus dinaikkan untuk menutupi biaya tersebut. Sebaliknya, jika venue bisa menampung puluhan ribu orang, harga tiket bisa ditekan lebih rendah.

Di sisi lain, daya beli masyarakat Indonesia juga menjadi pertimbangan. Meskipun secara umum harga tiket sering dikeluhkan mahal, faktanya tiket seringkali ludes terjual dalam hitungan menit. Ini menunjukkan ada segmen masyarakat yang punya daya beli tinggi dan bersedia membayar berapapun untuk menonton idola mereka. Namun, bagi sebagian besar masyarakat, harga tersebut tetap dianggap tidak terjangkau. Kesenjangan ini menciptakan polemik dan perdebatan yang tak ada habisnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved