Mengantisipasi Ancaman Deepfake: Tantangan Keamanan Bisnis di Indonesia

Tanggal: 25 Apr 2024 05:29 wib.
PT Indonesia Digital Identity (VIDA) mengadakan diskusi untuk membahas dampak teknologi deepfake terhadap keamanan bisnis di Indonesia di Plaza Senayan, Jakarta, pada Rabu, 24 April 2024.

Menurut pendiri dan CEO Group Vida, Niki Luhur, teknologi deepfake saat ini berkembang pesat, terutama berkat kecerdasan buatan (AI), yang berpotensi mengancam perusahaan dan bisnis. Niki menyatakan bahwa deepfake yang dihasilkan menggunakan AI mampu menciptakan video dan audio palsu yang terlihat sangat nyata. Survei yang dilakukan oleh VIDA mencatat bahwa kasus penipuan akibat fenomena ini telah merugikan banyak pihak dan perusahaan.

Belum lama ini, sebuah perusahaan di Hong Kong mengalami kerugian besar sebesar Rp 401 miliar karena kasus deepfake. Niki juga menyoroti tren ancaman deepfake yang setiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam rentang tahun 2017 hingga 2019, korban penipuan akibat kejahatan dunia maya, termasuk deepfake, meningkat hampir 900 persen. Selain itu, kerugian global akibat deepfake diperkirakan mencapai US$ 250 juta hingga tahun 2020.

Terkait dengan jumlah kasus dan metode survei yang digunakan, Niki enggan memberikan detail. Namun demikian, ia memandang bahwa kejahatan dunia maya, terutama deepfake, sangat berbahaya dan harus diantisipasi secara serius.

Niki juga menggambarkan hasil simulasi deepfake yang merugikan perusahaan dan bisnis. Ia menampilkan contoh panggilan video yang direkam dan diputar di layar besar saat diskusi berlangsung. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan betapa mudahnya deepfake diproduksi dengan hasil yang sangat meyakinkan, serta potensi bahayanya jika digunakan untuk kejahatan dan penipuan.

Selain membahas dampak deepfake, dalam diskusi tersebut, Niki juga memperbincangkan mengenai infrastruktur keamanan digital di Indonesia, khususnya bagi perusahaan bergerak di bidang keamanan data dan finansial. Ia menekankan bahwa risiko dan bahaya deepfake bisa dihindari apabila perusahaan dan pengguna internet memahami serta menyadari betapa pentingnya keamanan digital. Niki menegaskan pentingnya untuk tidak mudah percaya pada informasi yang diperoleh dari internet dan mendorong untuk memberikan keamanan ganda pada semua akun digital.

Melalui diskusi ini, diharapkan pemangku kepentingan di Indonesia, terutama perusahaan dan pengguna internet, dapat lebih memahami ancaman teknologi deepfake dan meningkatkan upaya perlindungan terhadap keamanan digital. Selain itu, perlu adanya kerjasama antara pihak terkait, baik pemerintah, perusahaan, maupun lembaga penegak hukum, untuk mengembangkan regulasi dan teknologi keamanan yang dapat menghalau ancaman deepfake di Tanah Air.

Kolaborasi antarnegara dalam hal ini juga menjadi krusial guna meminimalisir dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh teknologi ini. Dengan kesadaran akan ancaman deepfake dan langkah-langkah perlindungan yang tepat, diharapkan bisnis di Indonesia dapat terlindungi dari potensi kerugian akibat deepfake, sehingga dapat terus berkembang dalam era digital yang semakin canggih.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved