Mencari Semar: Pertunjukan Teater Koma dengan Nuansa Futuristik

Tanggal: 14 Agu 2025 11:28 wib.
Kelompok teater independen yang terkemuka, Teater Koma, akan menggelar pementasan yang sangat dinantikan, yakni "Mencari Semar," mulai 13 hingga 17 Agustus 2025 di Ciputra Artpreneur, Jakarta. Dalam lakon kali ini, penonton akan diperkenalkan kembali pada karakter ikonik dari dunia wayang, seperti Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng, namun dengan pendekatan yang lebih modern dan futuristik.

Rangga Riantiarno, penulis sekaligus sutradara pementasan, menjelaskan bahwa "Mencari Semar" akan dipadukan dengan elemen fiksi ilmiah. Dengan demikian, cerita yang diangkat tidak hanya berakar pada tradisi mitologi Jawa, tapi juga memberikan sentuhan yang inovatif, sehingga menghasilkan pengalaman teater yang tak terlupakan bagi para penonton. “Cerita ini terinspirasi dari karya-karya wayang Teater Koma sebelumnya, namun dibumbui dengan sedikit unsur fiksi ilmiah,” tuturnya.

Alur cerita "Mencari Semar" berfokus pada karakter Semar yang bijaksana, yang kini telah memilih untuk mengasingkan diri dan menikmati masa pensiunnya di Karang Tumaritis. Namun, Semar memiliki rahasia besar yang tersimpan dalam pusaka legendaris, yakni Jimat Kalimasada, yang menjadi incaran Kekaisaran Nimacha—sebuah peradaban canggih yang kini terancam keberadaannya. Keinginan untuk mendapatkan jimat tersebut mendorong lima agen dengan warna dan nomor kode berbeda, yaitu 01 (merah), 02 (biru), 03 (perak/hijau), 04 (ungu), dan 05 (kuning), untuk melacak keberadaan Semar.

Para agen ini meyakini bahwa Jimat Kalimasada mampu mengubah "Perintah Utama," landasan kehidupan mereka, dan menjadi kunci keselamatan peradaban mereka. Dalam pementasan ini, penonton diajak untuk menjelajahi dimensi waktu yang penuh dinamika, didukung dengan desain panggung yang modern dan visual yang menakjubkan. 

Di samping itu, meskipun mengusung tema futuristik, Teater Koma tetap menjaga elemen-elemen khas yang sudah menjadi identitas mereka, seperti kostum berwarna-warni yang menawan, musik yang menghibur, serta tarian teatrikal yang lebay dan humor yang tetap relevan dengan konteks sosial saat ini. Sebagai contoh, penonton bisa menyaksikan bagaimana Semar berkomunikasi jarak jauh dengan bantuan teknologi yang dia sebut "Semarphone," serta teknik bertarungnya yang terkenal, "ajian kentut," yang menjadi bahan tertawaan di pertunjukan.

Skenografer untuk pementasan ini, Deden Bulqini, menyatakan bahwa konsep skenografi yang akan diterapkan bertujuan menciptakan pengalaman visual yang interaktif dan responsif. "Kami ingin set panggung tidak hanya sekadar latar, tetapi juga berkontribusi terhadap keseluruhan alur cerita," jelas Deden.

Merayakan 48 tahun keberadaan mereka, Teater Koma berkomitmen untuk terus menghadirkan dua pertunjukan baru setiap tahunnya. Ratna Riantiarno, salah satu pendiri Teater Koma, mengungkapkan bahwa mereka ingin menjaga momentum ini sebagai bagian dari persiapan menjelang perayaan ulang tahun ke-50 Teater Koma di tahun 2027. "Ini juga merupakan ungkapan rasa terima kasih kami kepada penonton yang selalu mendukung dan memberi semangat bagi kami untuk berkarya tanpa henti," petiknya penuh makna.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved