Masalah Krisis Boeing: Produksi Terhenti dan Ribuan Karyawan Dirumahkan
Tanggal: 19 Sep 2024 17:50 wib.
Tampang.com | Boeing, raksasa aviasi Amerika Serikat (AS), sedang mengalami masalah serius. Pengumuman terbaru dari manajemen Boeing untuk merumahkan sementara ribuan karyawan menimbulkan kekhawatiran yang mendalam. Hal ini terjadi setelah 30.000 pegawai perusahaan itu memutuskan untuk mogok kerja pada Jumat. Dampaknya pun mulai terasa, dengan terganggunya produksi seri 737 MAX dan pesawat terbang lainnya.
Sebagai respons, CEO Boeing Kelly Ortberg menyatakan dalam sebuah email bahwa mereka akan memulai rencana pemotongan karyawan selama beberapa hari mendatang. Rencana ini akan memengaruhi sejumlah besar eksekutif, manajer, dan karyawan yang berbasis di AS. Ortberg juga menyebut bahwa selama pemogokan berlangsung, para pemimpin Boeing akan menerima pengurangan gaji yang sepadan.
Namun demikian, Ortberg menegaskan bahwa pihaknya tidak akan melakukan langkah sembrono dalam menentukan masa depan perusahaan. Kualitas dan keselamatan produknya tetap menjadi fokus utama. Aktivitas yang penting bagi keselamatan, kualitas, dukungan pelanggan, dan program sertifikasi utama akan tetap diprioritaskan dan dilanjutkan, termasuk produksi 787.
Diskusi yang dilakukan antara Boeing dan Asosiasi Internasional Machinists dan Aerospace Workers sendiri tidak menunjukkan kemajuan berarti. Serikat pekerja tersebut mengakhiri pertemuan dengan para mediator federal tanpa ada tanggal tambahan yang dijadwalkan. Mereka juga menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan kontrak yang layak bagi anggotanya.
Tuntutan kenaikan gaji sebesar 40% selama empat tahun yang diajukan oleh serikat pekerja memperlihatkan bahwa perundingan antara Boeing dan para pekerjanya tidak mudah. Selain itu, potensi pemogokan berkepanjangan juga dapat berdampak negatif pada keuangan Boeing, dengan membebani perusahaan dengan biaya yang besar.
Selain itu, produksi jet Boeing 737 MAX, serta pesawat berbadan lebar 777 dan 767 juga terhenti akibat pemogokan ini. Dampaknya turut dirasakan oleh maskapai penerbangan yang mengalami penundaan pengiriman. Pengumuman mengenai pemotongan pesanan suku cadang juga menimbulkan reaksi negatif dari pemasok, yang menjulukinya sebagai tindakan panik.
Reaksi negatif ini semakin memperparah situasi Boeing yang sudah tegang akibat penurunan sahamnya sekitar 40% sepanjang tahun ini. Para pemasok merasa bahwa langkah yang diambil Boeing adalah tanda dari keterbatasan perusahaan dalam menghadapi situasi yang sulit. Mereka menganggap bahwa Boeing sekarang sudah berada di ujung jurang, dan situasinya semakin memburuk.
Dengan kondisi seperti ini, langkah-langkah yang diambil oleh Boeing harus dipertimbangkan dengan matang. Diperlukan langkah strategis untuk mengatasi kemungkinan pemogokan berkepanjangan, pemilihan yang tepat dalam negosiasi dengan serikat pekerja, serta upaya untuk membangun kembali kepercayaan pemasok dan investor. Solusi yang menyeluruh dan terencana dengan baik diperlukan untuk mengatasi krisis yang dihadapi oleh salah satu raksasa industri aviasi ini.
Krisis Boeing mencerminkan permasalahan dalam industri aviasi secara keseluruhan, terlebih lagi dalam menghadapi situasi eksternal yang tidak terduga seperti pandemi global. Diperlukan strategi yang tepat dalam mengelola dampak dari krisis ini, mulai dari manajemen sumber daya manusia hingga kebijakan kelangsungan bisnis. Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan Boeing dapat pulih dari krisis ini dan bangkit kembali sebagai pemimpin dalam industri aviasiglobal.