Sumber foto: Google

Marak Kasus Pelecehan Seksual, Kemenkes Indonesia Tengah Merencanakan Penerapan Tes Kejiwaan Terhadap Calon Dokter

Tanggal: 19 Apr 2025 21:01 wib.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia tengah merencanakan penerapan tes kepribadian yang dikenal sebagai Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) terhadap calon dokter. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap maraknya kasus pelecehan seksual yang terjadi di kalangan tenaga medis. Dalam beberapa waktu terakhir, banyak laporan mengenai oknum dokter yang menyalahgunakan profesinya, sehingga membuat masyarakat semakin khawatir akan keamanan saat berinteraksi dengan tenaga kesehatan.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan bahwa Kemenkes akan berkolaborasi dengan Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) serta organisasi profesi dan institusi pendidikan kedokteran untuk memperkuat pendidikan etika medis. “Kementerian Kesehatan akan menerapkan tes kepribadian MMPI dalam proses seleksi calon dokter,” jelasnya saat memberikan keterangan resmi pada Sabtu, 19 April 2025.

Melalui tes MMPI, Kemenkes berupaya mengevaluasi apakah calon dokter memiliki gangguan atau kelainan psikologis. Apabila hasil tes menunjukkan adanya kelainan, pihak Kemenkes tidak segan menolak pendaftaran calon dokter tersebut meskipun mereka memiliki prestasi akademik yang tinggi. “Jika hasilnya menunjukkan ada kelainan psikologis yang membuat seseorang tidak cocok untuk menjadi dokter, kami akan menolaknya,” tandas Dante.

Di balik langkah ini, Kemenkes menyampaikan keprihatinan mendalam atas banyaknya kasus pelecehan seksual yang melibatkan tenaga medis. Bulan ini sendiri, diskusi tentang kekerasan seksual dalam konteks medis semakin terbuka luas, khususnya setelah terungkapnya sejumlah kasus serius. Seperti kasus Priguna Anugerah Pratama, seorang mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Padjadjaran yang diduga telah melakukan pemerkosaan terhadap keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) di Bandung. Kasus lainnya melibatkan seorang dokter kandungan berinisial MFS yang terlibat pelecehan terhadap pasien di klinik di Garut, Jawa Barat, serta seorang dokter berinisial AY yang diduga melecehkan pasien di Rumah Sakit (RS) Persada, Kota Malang, Jawa Timur.

Ketua DPR RI, Puan Maharani, juga menyuarakan pendapatnya mengenai masalah ini, menegaskan bahwa lonjakan kasus kekerasan seksual yang terjadi sepanjang tahun 2025 adalah tantangan yang harus dihadapi bersama sebagai masyarakat. Dia menekankan bahwa kekerasan seksual tidak boleh dinormalisasi. “Banyaknya laporan kasus pelecehan hingga pencabulan harusnya menjadi alarm bagi kita semua. Kita tidak boleh menganggap hal itu sebagai sesuatu yang biasa,” tegasnya.

Lebih lanjut, Puan mengimbau masyarakat untuk tidak berdiam diri ketika menyaksikan atau mendengar adanya kasus kekerasan seksual. Dia juga mendorong para wanita untuk berani berbicara jika mereka menjadi korban pelecehan. “Ini adalah tindakan yang sangat tidak manusiawi, terutama jika dilakukan oleh tenaga medis yang seharusnya melindungi dan memberikan rasa aman kepada pasien,” paparnya.

Dengan semua peristiwa tersebut, menjadi jelas bahwa urgent untuk menegakkan sistem pengawasan yang lebih ketat terhadap praktik kesehatan. Melalui langkah-langkah seperti penerapan tes kepribadian untuk calon dokter, diharapkan akan tercipta lingkungan medis yang lebih aman dan profesional serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved