Makan Bergizi Gratis Bakal 2 Kali Sehari, Butuh 82 Juta Telur
Tanggal: 8 Okt 2024 09:00 wib.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh presiden terpilih Prabowo Subianto akan diselenggarakan dua kali sehari untuk 82 juta masyarakat, yang meliputi seluruh anak-anak Indonesia dan ibu hamil.
Namun, Hashim, yang juga merupakan adik dari Prabowo, menegaskan bahwa pelaksanaan program MBG tersebut akan dilakukan secara bertahap. Program ini berpotensi dilaksanakan untuk seluruh 82 juta masyarakat pada tahun ketiga atau keempat masa pemerintahan Presiden ke-8.
"Program makanan gratis untuk semua anak di Indonesia, ditambah dengan ibu-ibu hamil, melibatkan lebih dari 82 juta orang Indonesia. Pada tahun pertama, program ini mungkin tidak bisa diselenggarakan, namun, kemungkinan besar pada tahun ketiga atau keempat, seluruh 82 juta masyarakat akan mendapatkan makan gratis dua kali sehari," ungkap Hashim dalam Diskusi Ekonomi bersama Pengusaha Internasional Senior di Menara Kadin, Jakarta Selatan, pada hari Senin (7/10/2024).
Dalam konteks ini, Hashim juga menyebutkan bahwa program ini akan memiliki dampak bagi para pelaku usaha. Pemerintah dijadwalkan akan memberikan dukungan dana kepada pelaku usaha untuk mendukung pelaksanaan program MBG. Dia menjelaskan bahwa kebutuhan telur mencapai 82 juta butir setiap hari untuk mendukung program tersebut. Lebih lanjut, Hashim juga menekankan bahwa ini akan memiliki dampak ekonomi yang besar, karena uang yang disuntikkan oleh pemerintah untuk program ini akan beredar di dalam negeri, terutama di daerah-daerah pedesaan.
Terpisah, Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, mengkonfirmasi rencana impor sapi untuk memenuhi kebutuhan susu dalam program MBG. Impor sapi ini direncanakan dalam jangka panjang dan diharapkan dapat menjadikan Indonesia mandiri dalam produksi susu. Namun, belum ada informasi mengenai seberapa besar besaran impor sapi yang akan dilakukan, karena hal ini merupakan kewenangan dari Kementerian Pertanian.
"Dalam jangka panjang, kita akan mengimpor sapi agar Indonesia dapat mandiri dalam produksi susu," ujar Dadan ketika ditemui di Kompleks DPR RI, pada hari Selasa (10/9/2024).
Sementara itu, terkait penggunaan susu ikan sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam program susu gratis, Dadan menegaskan bahwa belum ada rencana tersebut, namun pihaknya siap untuk mengakomodir setiap usulan yang dapat membantu kelancaran program makan siang gratis.
Dari segi anggaran, diperkirakan anggaran untuk Program Makan Bergizi Gratis mencapai Rp71 triliun, yang akan digunakan untuk biaya makanan, distribusi, dan operasional lembaga yang menangani program prioritas Presiden terpilih Prabowo Subianto. Hal ini tercantum dalam Buku II Nota Keuangan beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
"Rancangan anggaran yang akan dialokasikan untuk Program MBG pada tahun 2025 adalah sekitar Rp71,0 triliun atau 0,29% dari PDB, yang termasuk biaya makanan, distribusi (safe guarding), dan operasional lembaga yang menangani program MBG," tulis Kemenkeu dalam dokumen tersebut, yang dikutip pada hari Senin (19/8/2024).
Dari penjelasan yang diungkapkan oleh Hashim dan Dadan, terlihat bahwa pelaksanaan program MBG tersebut memerlukan kesiapan yang matang. Hal ini mencakup supply chain yang dapat menjamin distribusi makanan secara menyeluruh, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, dan juga kerjasama yang erat antara pemerintah dan pelaku usaha serta instansi terkait. Selain itu, alokasi anggaran yang besar untuk program tersebut menandakan komitmen pemerintah untuk mewujudkan program makan bergizi gratis ini.
Dalam jangka panjang, program ini diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap kualitas gizi masyarakat Indonesia, yang pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan kesehatan dan produktivitas masyarakat. Serta diharapkan program ini juga dapat meningkatkan investasi dalam sektor pertanian dan peternakan, yang pada akhirnya akan mendukung kemandirian pangan Indonesia.