Majelis Masyayikh Selenggarakan Pelatihan Asesor Ma’had Aly untuk Menjaga Tradisi dan Mutu Pendidikan Pesantren

Tanggal: 20 Agu 2025 13:17 wib.
Majelis Masyayikh menggelar pelatihan asesor penjaminan mutu eksternal pendidikan pesantren jenjang Ma’had Aly pada 18–22 Agustus 2025. Kegiatan ini menjadi langkah strategis yang tidak hanya menekankan aspek administratif, tetapi juga menjaga ruh pesantren agar tetap hidup dalam sistem penjaminan mutu pendidikan. Ketua Majelis Masyayikh, Abdul Ghaffar Rozin atau yang akrab disapa Gus Rozin, menegaskan bahwa peran asesor bukanlah sekadar sebagai pemeriksa atau pengawas, melainkan bagian dari keluarga pesantren yang hadir untuk mendampingi, menguatkan, sekaligus menumbuhkan budaya mutu. Menurutnya, hubungan asesor dan pesantren bukan seperti hakim dan terdakwa, melainkan lebih dekat pada hubungan kekeluargaan, keilmuan, dan bahkan bathiniyyah.

Kegiatan ini diikuti oleh para asesor dari berbagai daerah dan instansi, dengan dukungan penuh dari pihak pemerintah, khususnya Direktorat Pesantren Kementerian Agama RI, Subdit Pendidikan Ma’had Aly, Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (AMALI), serta fasilitator dari Majelis Masyayikh. Selama lima hari, peserta terlibat dalam rangkaian kegiatan intensif yang meliputi pembelajaran sinkronus dan asinkronus, diskusi kelompok, simulasi asesmen, hingga praktik penggunaan instrumen penjaminan mutu melalui aplikasi SYAMIL. Materi pelatihan pun dirancang komprehensif, mulai dari regulasi dan standar mutu, kode etik asesor, hingga kemampuan menyusun laporan asesmen yang objektif, reflektif, sekaligus solutif.

Dalam pandangan Gus Rozin, Ma’had Aly memiliki amanat besar sebagai pusat kaderisasi ulama yang mumpuni. Ia menekankan bahwa lulusan Ma’had Aly bukan hanya sekadar mutafaqqih fi al-din, yaitu orang yang mendalami ilmu agama, tetapi juga mutafaqqih fi masalih al-khalqi, ulama yang mampu memberikan solusi atas berbagai persoalan masyarakat dan bangsa. Dengan begitu, Ma’had Aly diharapkan dapat terus menjadi mercusuar keilmuan Islam, yang menyebarkan visi keulamaan sekaligus melestarikan tradisi intelektual para ulama terdahulu.

Lebih lanjut, Gus Rozin juga mengingatkan pentingnya menjaga independensi pesantren di tengah kerangka pendidikan nasional. Menurutnya, pesantren memiliki kekhasan yang tidak boleh diseragamkan, sebab setiap pesantren membawa visi, misi, serta tradisi keilmuan yang khas. Kekhasan ini bukan berarti pesantren dibiarkan tertinggal, melainkan agar ia berkembang sesuai dengan identitas dan tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut, kata dia, sejalan dengan amanat Undang-Undang Pesantren yang menjamin independensi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berdiri mandiri tanpa intervensi, tetapi tetap berpegang pada komitmen kebangsaan.

Senada dengan Gus Rozin, anggota Majelis Masyayikh Divisi Ma’had Aly, Abdul Ghofur Maimoen, menekankan bahwa asesor harus dipandang sebagai mitra strategis bagi pesantren. Ia menyebut keberadaan Profil Santri Indonesia sebagai rujukan penting dalam pengembangan mutu pendidikan pesantren, karena memuat integrasi kompetensi, akidah, dan akhlak yang menjadi satu kesatuan tak terpisahkan. Menurutnya, seorang asesor tidak cukup hanya berperan sebagai pemeriksa, tetapi harus juga mendampingi dan memberdayakan pesantren. Dengan begitu, setiap lembaga akan tumbuh dengan budaya mutu yang melekat, tanpa kehilangan identitas dan ruh kepesantrenannya.

Melalui pelatihan ini, Majelis Masyayikh berharap terbangun ekosistem penjaminan mutu yang tidak sekadar menekankan prosedur teknis, tetapi juga menyentuh aspek ruhiyah, kultural, dan tradisi keilmuan. Dengan kehadiran asesor yang memahami konteks dan kekhasan pesantren, mutu pendidikan di Ma’had Aly dapat terus terjaga sekaligus beradaptasi dengan tantangan zaman.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved