Mahasiswa Universitas Brawijaya Demo Menolak Kenaikan UKT
Tanggal: 24 Mei 2024 18:09 wib.
Aliansi Mahasiswa Resah Universitas Brawijaya (UB) melakukan aksi demontrasi yang menolak kenaikan uang kuliah tunggal atau UKT pada Rabu, 22 Mei 2024. Demo ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kebijakan tersebut, yang dianggap memberatkan bagi mahasiswa dan keluarga mereka. Aksi demo tersebut dilaksanakan di berbagai lokasi strategis di kampus UB, menarik perhatian masyarakat luas serta menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Sekitar lebih dari 300 massa aksi memenuhi halaman gedung rektorat Universitas Brawijaya. Menurutnya, kenaikan UKT akan membantu UB untuk memperbaiki sarana dan prasarana serta menambah fasilitas pendidikan bagi mahasiswa. Namun, para mahasiswa menilai kebijakan ini sebagai suatu langkah yang tidak memperhatikan kondisi ekonomi mereka dan keluarga.
Para demonstran mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap semakin meningkatnya beban biaya pendidikan yang harus mereka tanggung. Mereka menekankan bahwa banyak mahasiswa UB yang berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah, dan kenaikan UKT ini akan membuat mereka semakin sulit untuk melanjutkan studi. Selain itu, mereka juga menyoroti kurangnya transparansi dalam pengelolaan keuangan universitas dan meminta rektorat untuk lebih terbuka dalam menangani masalah ini.
Demo mahasiswa UB ini kemudian mendapat dukungan luas dari berbagai elemen masyarakat, baik dari kalangan dosen, karyawan, maupun warga sekitar kampus. Solidaritas ini menandakan betapa seriusnya isu kenaikan UKT ini dalam mempengaruhi banyak pihak. Sejumlah ormas mahasiswa dan mahasiswa dari universitas lain juga ikut menyatakan dukungan mereka terhadap perjuangan mahasiswa UB.
Dalam upaya menuntut keadilan, para mahasiswa UB terus menggelar aksi protes dan melakukan dialog dengan pihak rektorat untuk mencari solusi terbaik dalam menangani masalah ini. Mereka menegaskan bahwa mereka siap untuk berjuang dengan cara-cara yang damai namun tegas, dan mereka berharap agar pihak universitas bisa mendengarkan aspirasi mereka.
Namun, di tengah situasi ini, terdapat pula suara-suara yang mendukung kebijakan kenaikan UKT, dengan alasan bahwa hal tersebut diperlukan untuk menjaga kualitas pendidikan di UB. Mereka berpendapat bahwa dengan adanya kenaikan UKT, universitas bisa lebih leluasa untuk meningkatkan fasilitas serta kualitas pengajaran, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat jangka panjang bagi seluruh stakeholder di lingkungan UB.
Situasi ini tentu menjadi tantangan serius bagi pihak universitas dalam mengelola tuntutan dari mahasiswa dan segenap pihak yang terkait. Di satu sisi, keberlangsungan pendidikan dan kualitas pengajaran harus tetap dijaga, namun di sisi lain, keadilan bagi seluruh mahasiswa juga merupakan hal yang sangat penting. Bagaimanapun juga, penyelesaian terbaik dari konflik ini harus diupayakan dengan mempertimbangkan kedua sisi tersebut.
Demikianlah rentetan demonstrasi mahasiswa UB dalam menanggapi rencana kenaikan UKT. Suasana ini membuktikan betapa pentingnya partisipasi aktif dari mahasiswa dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masa depan mereka. Semoga semua pihak dapat menemukan solusi terbaik untuk kepentingan bersama, serta membina dialog yang lebih terbuka dan transparan dalam membangun lingkungan pendidikan yang lebih baik di Universitas Brawijaya.