Mahasiswa Koas di Semarang Curi Fortuner Teman, Nge-Prank tapi Keburu Ramai
Tanggal: 4 Jun 2024 11:13 wib.
Mahasiswa kedokteran yang tengah melakukan praktik koas di Rumah Sakit Panti Wilasa Semarang, Maudito Aldo (23), ditangkap polisi karena mencuri mobil Toyota Fortuner milik rekan satu koasnya. Dia bilang niatnya hanya mau prank temannya itu. Kejadian tersebut terjadi ketika seorang mahasiswa koas di Semarang nekat mencuri fortuner milik temannya hanya untuk melakukan nge-prank, namun sayangnya aksinya tersebut keburu diketahui oleh banyak orang.
Kasatreskrim Polrestabes AKBP Andika Dharma Sena mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Rabu (29/5) pada pukul 21.00 WIB. Korban Megi Julianti (23) terkejut karena mobilnya yang terparkir di rumah sakit raib. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk mencuri fortuner temannya dan menyembunyikannya di tempat yang tidak terduga. Awalnya, aksi ini hanya dimaksudkan untuk membuat temannya terkejut dan menjadi bahan candaan di antara teman-temannya.
Namun, rencana nge-prank tersebut berubah menjadi kehebohan ketika fortuner teman yang dicuri tersebut pada akhirnya ditemukan oleh orang yang tidak seharusnya. Andika menjelaskan, aksi pencurian itu sudah direncanakan oleh pelaku. Dia bahkan menduplikat kunci mobil korban yang tersimpan di loker. Maudito mengaku mencuri mobil temannya itu untuk iseng. Sebab ia pernah mendapat perlakukan yang sama dari orang lain."Iya iseng saja, prank saja, saya juga pernah diisengi oleh yang lain. Mau saya kembalikan langsung, tapi sudah ramai polisi," aku Maudito.
Para mahasiswa koas di Semarang terpecah antara keheranan, kecemasan, dan kekhawatiran atas apa yang telah terjadi. Beberapa menyayangkan tindakan teman mereka yang nekat mencuri fortuner hanya untuk bercanda, sementara yang lain merasa khawatir dengan konsekuensi hukum yang mungkin dihadapi pelaku tersebut. Keburuan ramai, kejadian ini menimbulkan berbagai spekulasi dan opini di kalangan masyarakat.
Tindakan nge-prank yang seharusnya hanya dimaksudkan sebagai lelucon di antara teman-teman akhirnya berubah menjadi polemik yang menimbulkan citra buruk bagi mahasiswa koas di Semarang. Kejadian ini juga memberikan pelajaran berharga tentang batasan humor yang seharusnya dipahami oleh setiap individu, terutama di era digital di mana segala sesuatu dapat dengan mudah menyebar dan menjadi kontroversi.
Sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa koas di Semarang diingatkan untuk lebih bijak dalam bertindak dan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yang dilakukan. Meskipun niat dalam melakukan nge-prank mungkin baik, namun resiko dan konsekuensinya bisa berdampak besar bagi diri sendiri maupun orang lain. Kejadian ini juga menjadi pengingat bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang harus dipertimbangkan dengan matang.