Lika-Liku Bandara Kertajati: Dedi Mulyadi Mengungkapkan Kerugian Tiap Tahun Rp 60 Miliar

Tanggal: 13 Jun 2025 11:47 wib.
Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati yang terletak di Majalengka, Jawa Barat, kembali menjadi sorotan ketika Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengungkapkan keprihatinannya terkait kurang optimalnya operasi bandara tersebut. Pernyataan ini disampaikan dalam rapat paripurna peringatan Hari Jadi ke-535 Kabupaten Majalengka yang diadakan pada Sabtu, 7 Juni 2025. Dedi, yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi atau KDM, menilai bahwa aktivitas penerbangan di Bandara Kertajati sangat minim, bahkan menyebutnya serupa “peuteuy selong” dalam bahasa Sunda, yang menggambarkan keadaan yang tidak menggembirakan.

Dalam kesempatan tersebut, Dedi Mulyadi juga menyoroti besarnya beban finansial yang harus ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Selama ini, pemprov harus mengeluarkan dana sebesar Rp 60 miliar setiap tahun untuk menutupi kerugian bandara tersebut. “Bagaimana ini harus dikelola?” ujar KDM kepada jajaran Forkopimda dan anggota DPRD Majalengka. 

Membahas sejarah Bandara Kertajati, kami menemukan bahwa bandara ini memiliki perjalanan yang kompleks. Resminya operasional bandara dimulai pada 24 Mei 2018, di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo. Namun, ide untuk membangun bandara ini sudah ada sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri, dengan studi kelayakan yang dilakukan pada tahun 2003 dan izin penetapan lokasi yang dikeluarkan pada tahun 2005.

Meskipun demikian, proses pembangunan tidak berjalan mulus. Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada awalnya berjanji akan mendanai proyek ini melalui APBD, namun realisasi tersebut tidak kunjung terjadi hingga 2011. Akibat penundaan tersebut, pembangunan baru dapat dimulai pada tahun 2014, dimulai dengan pembersihan lahan dan penggalian fondasi. Dua tahun kemudian, pembangunan dapat dilanjutkan menggunakan anggaran dari Kementerian Perhubungan setelah Bandara Kertajati dimasukkan dalam Program Strategis Nasional (PSN).

Namun, tidak lama setelah beroperasi, pada April 2020, Bandara Kertajati harus menghentikan operasionalnya sementara akibat pandemi Covid-19. Menurut Direktur Utama PT BIJB saat itu, Salahudin Rafi, lonjakan penumpang sudah mulai menurun sejak Januari 2020, yang menyebabkan tidak ada maskapai yang lagi beroperasi. 

Setelah melewati masa sulit akibat pandemi, Presiden Jokowi menetapkan target untuk mengoptimalkan operasional bandara ini pada Oktober 2023. Jokowi juga memberikan instruksi untuk pengalihan penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara di Bandung menuju Kertajati. Namun, berbagai tantangan masih membayangi upaya ini.

Seiring dengan berbagai kendala yang dihadapi dalam pengoperasian bandara, pemerintah berambisi mengubah Bandara Kertajati menjadi pusat industri perawatan pesawat atau Maintenance, Repair and Overhaul (MRO) serta kawasan kedirgantaraan (Aerospace Park). Langkah ini diumumkan melalui penandatangan Perjanjian Induk (HoA) dan Nota Kesepahaman (MoU) antara PT GMF AeroAsia, PT BIJB, dan Kementerian PPN/Bappenas. Menurut Menteri Perhubungan, Dudy Purwagandhi, proyek ini bertujuan untuk memperkuat kemandirian industri penerbangan nasional, memanfaatkan keunggulan lokasi strategis dari Bandara Kertajati. 

Pengembangan MRO dan Aerospace Park diharapkan dapat menciptakan fondasi bagi kemandirian teknis sekaligus meningkatkan daya saing industri penerbangan di Indonesia. Diharapkan dengan adanya pengembangan ini, Bandara Kertajati tidak hanya menjadi gerbang penerbangan tetapi juga sebagai pusat industri kedirgantaraan yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Ciayumajakuning—yang meliputi Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan—dan Jawa Barat secara keseluruhan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved