Lebaran 2025: Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal pada 31 Maret, Bagaimana dengan Pemerintah?
Tanggal: 30 Mar 2025 11:48 wib.
Tampang.com | Sebelum pemerintah menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1446 H, Muhammadiyah telah lebih dulu menetapkan tanggal Idul Fitri 2025. Berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025, organisasi ini menetapkan bahwa Lebaran jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.
Penetapan ini menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, yang berpatokan pada penghitungan astronomi. Jika hilal sudah wujud (berada di atas ufuk meski hanya sedikit), maka keesokan harinya sudah dianggap sebagai awal bulan baru tanpa mempertimbangkan syarat visibilitas tertentu.
Selain itu, Muhammadiyah juga telah menetapkan Idul Adha 2025 pada 6 Juni 2025, dengan Puasa Arafah pada 5 Juni 2025.
Sidang Isbat Pemerintah, Akankah Lebaran Sama?
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama masih akan melakukan sidang isbat untuk menetapkan awal Syawal. Namun, berdasarkan prediksi awal, ada kemungkinan Lebaran Muhammadiyah dan pemerintah tahun ini akan jatuh pada hari yang sama, yaitu 31 Maret 2025.
Pemerintah menggunakan metode rukyatul hilal, yakni pengamatan langsung terhadap bulan baru setelah matahari terbenam. Jika hilal terlihat dan memenuhi kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura)—yakni minimal 3 derajat tinggi dan elongasi 6,4 derajat—maka keesokan harinya ditetapkan sebagai 1 Syawal. Jika tidak memenuhi syarat, maka Ramadhan akan digenapkan menjadi 30 hari.
Mengapa Sering Terjadi Perbedaan Penetapan Lebaran?
Di Indonesia, perbedaan penetapan Idul Fitri antara Muhammadiyah dan pemerintah bukanlah hal baru. Ini disebabkan oleh dua metode utama dalam menentukan awal bulan Hijriah:
Metode Rukyatul Hilal (Pemerintah dan NU)
Bergantung pada pengamatan langsung terhadap hilal.
Jika hilal tidak terlihat, bulan Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari (istikmal).
Mengacu pada kriteria MABIMS, yang menetapkan syarat minimal tinggi hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Metode Hisab Wujudul Hilal (Muhammadiyah)
Berdasarkan perhitungan astronomi tanpa perlu melihat hilal secara langsung.
Jika hilal sudah berada di atas ufuk, maka keesokan harinya langsung masuk bulan baru.
Tidak mempertimbangkan kriteria minimal ketinggian hilal seperti dalam metode MABIMS.
Contoh Perbedaan Penetapan di Tahun Sebelumnya
Perbedaan metode ini pernah menyebabkan Lebaran jatuh pada hari yang berbeda di beberapa tahun sebelumnya.
Misalnya, pada tahun 2022, Muhammadiyah merayakan Idul Fitri pada 2 Mei, sedangkan pemerintah menetapkan 3 Mei sebagai 1 Syawal karena hilal dinilai terlalu rendah untuk bisa diamati.
Namun, pada tahun-tahun tertentu, seperti 2023 dan 2024, perbedaan tersebut tidak terjadi karena hilal memenuhi kriteria kedua metode.
Kesimpulan: Lebaran 2025 Berpotensi Bersamaan
Dengan hasil prediksi sementara, ada kemungkinan Lebaran 2025 akan jatuh pada hari yang sama untuk Muhammadiyah dan pemerintah, yaitu Senin, 31 Maret 2025. Namun, kepastian dari pemerintah masih menunggu hasil sidang isbat yang akan dilakukan mendekati akhir Ramadhan.
Terlepas dari perbedaan metode, semangat Idul Fitri tetaplah sama—menjadi momen untuk merayakan kemenangan, mempererat tali silaturahmi, dan saling memaafkan.