Laporan Penganiayaan Ditolak, Warga Korban Gusuran Bendungan Lau Simeme Ngamuk di Polrestabes Medan
Tanggal: 10 Nov 2024 05:39 wib.
Unggahan video yang merekam aksi sejumlah warga Lau Simeme mengamuk di Kantor Polrestabes Medan, viral di media sosial X. Video tersebut memperlihatkan sejumlah warga, yang didominasi oleh perempuan, menangis meraung-raung di hadapan sejumlah polisi. Mereka mengekspresikan kekecewaan karena laporan dugaan penganiayaan yang dilakukan aparat keamanan kepada anggota keluarga mereka ditolak pihak kepolisian.
Dari keterangan dalam video yang diunggah oleh akun @neVerAl0nely, terungkap bahwa dugaan penganiayaan terjadi saat warga melakukan aksi unjuk rasa yang menuntut penyelesaian pembayaran ganti rugi lahan untuk pembangunan Bendungan Lau Simeme. Aksi unjuk rasa tersebut diikuti oleh sekitar 200 kepala keluarga dari 5 desa di Kecamatan STM Hilir dan Kecamatan Sibirubiru, Deliserdang pada Kamis, 7 November 2024.
Video yang diunggah warga Lau Simeme yang mengamuk di Polrestabes ini sangat viral di media sosial X. Tidak hanya ditonton lebih dari 31 ribu kali dalam beberapa jam setelah diunggah, video tersebut juga sudah dibagikan lebih dari 1000 kali oleh pengguna X lainnya.
Reaksi dari warga X pun mengalir deras. Banyak di antara mereka yang menyesalkan penolakan terhadap laporan tersebut, mengingat bahwa polisi seharusnya wajib menerima seluruh laporan dari warga.
Dalam video tersebut, seorang perempuan terlihat berteriak, "Berapa mereka bayar kalian, sampai kalian tidak mau menerima laporan kami," sambil menunjuk beberapa petugas kepolisian yang berada di dekatnya. Seorang perwira berpangkat Komisaris Polisi terlihat memantau aksi warga yang mengamuk itu, didampingi oleh sejumlah bintara Polwan yang berusaha menenangkan para warga. Di media sosial X, akun-akun warga juga mengekspresikan keprihatinan mengenai penolakan laporan tersebut.
"Mengapa penolakan laporan warga ini terjadi? Apakah tidak ada keadilan bagi kami?" tulis akun @GardaGun, sambil menandai akun Kapolri.
Dalam respons atas penolakan laporan ini, warga X mendorong agar kasus ini segera diproses. Mereka mempertanyakan "kewajiban polisi untuk memproses semua laporan masyarakat" dan menekankan pentingnya adanya keadilan bagi seluruh warga.
Namun, upaya konfirmasi kepada Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Hadi Wahyudi, dan Kapolrestabes Medan, Kombes Gidion Arif belum mendapatkan respon yang memuaskan. Warga Lau Simeme dan masyarakat pada umumnya menantikan langkah konkret dari pihak kepolisian dalam menangani kasus ini.
Dalam situasi ini, terlihat pentingnya adanya dialog antara pihak kepolisian dan warga untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan baik. Pihak kepolisian perlu mengkomunikasikan apa yang sebenarnya terjadi dalam kasus ini agar memberikan kejelasan kepada masyarakat. Selain itu, penanganan kasus ini juga harus dilakukan secara adil dan transparan untuk memastikan bahwa setiap pihak mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan hukum yang berlaku.
Selain aspek hukum, pembangunan Bendungan Lau Simeme yang menjadi pemicu peristiwa ini juga menjadi perhatian khusus. Penyelesaian terhadap tuntutan ganti rugi lahan perlu dipercepat agar tidak menimbulkan ketegangan yang lebih besar di tengah masyarakat. Komunikasi yang baik antara pemerintah daerah, aparat keamanan, dan masyarakat merupakan kunci utama dalam menyelesaikan konflik ini.
Kasus ini juga menjadi peringatan bahwa perlindungan terhadap hak-hak masyarakat dalam konteks pembangunan sangat penting. Pemerintah dan pihak terkait harus memastikan bahwa setiap kebijakan pembangunan dilakukan dengan memperhatikan hak-hak masyarakat secara adil dan transparan.
Dari sisi hukum, upaya penegakan hukum terhadap dugaan penganiayaan yang dilakukan aparat keamanan juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Penanganan kasus ini perlu dilakukan dengan objektif dan independen agar memberikan rasa keadilan yang diharapkan oleh seluruh pihak terkait.
Keseluruhan peristiwa ini juga menjadi cerminan dari pentingnya penguatan hubungan antara aparat keamanan dengan masyarakat. Pihak kepolisian perlu memastikan bahwa setiap tindakan yang diambil adalah untuk kepentingan dan keamanan masyarakat. Jalinan komunikasi yang baik antara pihak kepolisian dengan masyarakat merupakan langkah penting dalam membangun kepercayaan dan kerjasama yang harmonis.
Dalam konteks yang lebih luas, peristiwa ini juga menjadi peringatan bagi seluruh pihak terkait bahwa perlindungan terhadap hak-hak masyarakat, penanganan konflik, dan penegakan hukum harus dilakukan dengan penuh kebijakan dan kehati-hatian. Semua pihak, mulai dari pemerintah, kepolisian, masyarakat, hingga pihak terkait pembangunan, perlu bersinergi dalam menciptakan lingkungan yang aman, adil, dan sejahtera bagi seluruh masyarakat.