Sumber foto: website

Kronologi Mahasiswa ITB Tewas Loncat dari Lantai 27 Apartemen Pinewood, Terekam CCTV Mondar-Mandir

Tanggal: 19 Nov 2024 15:55 wib.
Kronologi kematian tragis seorang mahasiswa Fakultas Teknik Lingkungan ITB berusia 24 tahun dengan inisial JAA akan diulas. Menurut Kapolsek Jatinangor, Kompol Rogers Thomas, peristiwa tragis tersebut terjadi saat satpam melaporkan menemukan mayat seseorang dengan posisi tubuh tertelungkup pada Selasa, 19 November 2024, sekitar pukul 06.00 WIB. Mayat tersebut ternyata adalah JAA, mahasiswa ITB yang diduga bunuh diri dengan melompat dari kamar 935 lantai 27 di Apartemen Pinewood. 

Penyelidikan menunjukkan bahwa sebelum melompat, korban terlihat mondar-mandir di lantai 27 apartemen. Saat kembali ke kamar, korban tidak lagi terlihat, dan beberapa saat kemudian, tubuhnya ditemukan tak bernyawa di halaman apartemen. Setelah kejadian, perwakilan dari ITB turut datang ke lokasi untuk memberikan pendampingan.

Kompol Rogers menambahkan bahwa pihak keamanan telah memeriksa rekaman CCTV yang mengonfirmasi perilaku korban sebelum kejadian, serta tiga saksi yang berada di lokasi saat peristiwa tragis itu terjadi. Dari keterangan saksi, diketahui bahwa JAA tinggal di apartemen sejak September 2024.

Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB, Naomi Haswanto, menyatakan bahwa pihaknya tengah melakukan diskusi internal untuk memastikan kebenaran peristiwa tersebut. Mereka berharap dapat membantu memberikan pemahaman lebih dalam terkait dengan insiden yang menimpa mahasiswa mereka di Jatinangor.

Peristiwa ini menjadi sorotan di tengah masyarakat, khususnya di lingkungan kampus ITB dan para mahasiswa. Bunuh diri merupakan peristiwa yang mengguncang dan meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, teman, dan rekan-rekan sejawat korban. Menyoroti kasus ini, penting untuk menggali lebih dalam mengenai faktor-faktor yang memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya, serta upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh pihak terkait.

Telah banyak penelitian dan kajian yang menunjukkan adanya faktor-faktor yang dapat memicu seseorang melakukan bunuh diri, seperti gangguan mental, tekanan sosial, masalah pribadi, dan kurangnya dukungan sosial. Oleh karena itu, penting untuk memperkuat layanan kesehatan mental dan pendekatan preventif, terutama di lingkungan kampus yang memiliki populasi muda yang rentan terhadap tekanan akademik, masalah kehidupan, dan situasi krisis lainnya. 

Dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia, upaya pencegahan bunuh diri juga perlu didorong melalui peningkatan kesadaran, edukasi, serta ketersediaan sumber daya dan fasilitas penunjang bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan psikologis. Perguruan tinggi dapat berperan sebagai agen perubahan dengan menyediakan layanan kesehatan mental yang komprehensif, mendorong pembicaraan terbuka tentang kesehatan jiwa, serta mewujudkan lingkungan yang inklusif dan mendukung bagi para mahasiswa.

Dukungan sosial juga menjadi faktor penting dalam mencegah peristiwa bunuh diri. Mahasiswa, baik sesama mahasiswa maupun pihak-pihak terkait di lingkungan kampus, perlu memiliki kepedulian dan keterampilan untuk dapat mendeteksi tanda-tanda seseorang yang berisiko melakukan tindakan bunuh diri, serta memberikan dukungan, pertolongan pertama, dan bantuan yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Mempertegas semangat peduli sesama dan membangun jejaring sosial yang solid di kalangan mahasiswa dapat berperan dalam menyelamatkan nyawa.

Kematian tragis mahasiswa ITB ini juga mengingatkan kita akan peran pentingnya layanan kesehatan mental yang dapat diakses dengan mudah, terutama bagi mereka yang mungkin mengalami tekanan emosional dan kesulitan psikologis. Inisiatif untuk memperluas akses terhadap layanan kesehatan jiwa dan mempromosikan kesadaran tentang isu kesehatan mental perlu terus didorong oleh semua pihak terkait, termasuk lembaga pendidikan, pemerintah, masyarakat, dan individu-individu di sekitar korban bunuh diri.

Pada tingkat pribadi, penting bagi setiap individu untuk mengenali pentingnya menjaga kesehatan mental dan merawat diri. Adanya stigmatisasi terhadap masalah kesehatan jiwa perlu diubah melalui edukasi dan pemahaman yang lebih baik tentang kompleksitas dan kepekaan isu ini. Keterlibatan aktif dalam komunitas, kegiatan-kegiatan sosial, dan peningkatan keterampilan dalam mengatasi tekanan dan krisis juga menjadi upaya preventif yang penting.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved