Kota Makin Padat, Desa Makin Kosong! Urbanisasi Tak Terbendung, Negara Kewalahan?
Tanggal: 13 Mei 2025 22:38 wib.
Tampang.com | Urbanisasi terus melonjak pasca-pandemi. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar kebanjiran pendatang baru dari desa yang berharap mendapat pekerjaan dan akses layanan publik yang lebih baik. Namun, lonjakan ini memunculkan masalah baru: kemacetan, pemukiman kumuh, dan beban infrastruktur yang semakin berat.
Desa Kehilangan Generasi Produktif
Banyak desa kini dihuni oleh lansia dan anak-anak karena generasi produktifnya hijrah ke kota. Akibatnya, produktivitas pertanian menurun, sekolah sepi murid, dan kegiatan ekonomi desa melemah.
“Di desa kami, anak muda tinggal hitungan jari. Semua ke kota cari kerja,” ujar Pak Slamet, tokoh masyarakat di Temanggung.
Kota Kewalahan, Fasilitas Tak Bertambah Secepat Penduduk
Di sisi lain, kota-kota besar menghadapi tekanan berat. Lalu lintas padat, harga sewa naik, dan permukiman informal tumbuh liar di pinggiran kota. Pemerintah daerah kewalahan menyiasati lonjakan penduduk yang tidak diimbangi dengan peningkatan infrastruktur.
“Kota seperti Jakarta dan Bandung sudah jenuh, tapi arus urbanisasi terus berdatangan,” kata Luki Ramdani, dosen perencanaan wilayah di ITB.
Masalah Struktural: Ketimpangan Pembangunan Kota-Desa
Urbanisasi bukan sekadar soal migrasi, tapi juga refleksi dari ketimpangan pembangunan. Ketika desa tertinggal dari segi fasilitas, pendidikan, dan lapangan kerja, maka urbanisasi menjadi pilihan yang tak terhindarkan.
“Selama pembangunan hanya dipusatkan di kota, desa akan terus jadi ‘donor penduduk’ tanpa dukungan balik,” tambah Luki.
Solusi: Dorong Ekonomi Lokal dan Layanan Publik Merata
Pakar menyarankan program pembangunan berbasis potensi desa, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan di daerah, serta insentif bagi investasi luar kota. Selain itu, integrasi transportasi antardaerah harus diperkuat agar mobilitas tak harus berujung pindah tempat tinggal.
“Bangunlah desa, maka kota akan bernapas kembali,” tutup Luki.
Urbanisasi Tak Bisa Dihindari, Tapi Harus Dikelola
Urbanisasi bukan ancaman jika dikelola dengan visi jangka panjang. Tapi jika terus dibiarkan tanpa strategi merata, maka ketimpangan dan krisis perkotaan hanya tinggal menunggu waktu.