Kota Bukittinggi Resmikan Nama Jalan Haji Usmar Ismail
Tanggal: 30 Apr 2025 08:42 wib.
Kota Bukittinggi baru saja menambah satu lagi destinasi wisata budaya yang penuh makna dengan peresmian Jalan Haji Usmar Ismail pada Selasa, 29 April 2025. Terletak di pusat kota dan hanya berjarak beberapa langkah dari ikon terkenal Jam Gadang, jalan ini merupakan simbol penting bagi sejarah perfilman di Indonesia. Persemian ini diharapkan dapat membawa angin segar bagi ekosistem perfilman di Bukittinggi sekaligus menghormati sosok Haji Usmar Ismail, yang diakui sebagai Bapak Film Indonesia.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menyampaikan harapan agar penamaan jalan ini bukan sekadar seremoni, namun menjadi langkah signifikan untuk menciptakan ekosistem perfilman yang lebih kuat di kota yang menjadi sejarah kelahiran Usmar Ismail. "Jalan ini adalah lambang harapan untuk memperkuat industri film lokal di tanah kelahiran Bapak Film Indonesia," ungkapnya.
Peresmian nama jalan tokoh perfilman nasional ini menjadi peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya di tanah air, serta merupakan bagian dari penghormatan yang terus berlanjut setelah peringatan 100 tahun kelahiran Usmar Ismail yang diselenggarakan pada 2021. Langkah tersebut semakin mengukuhkan Bukittinggi sebagai salah satu kota yang berperan penting dalam sejarah perfilman Indonesia.
Arief Malinmudo, seorang sutradara yang menggagas penamaan jalan ini, berharap inisiatif ini dapat menjadi langkah awal dalam pengembangan wisata berbasis film di wilayah Bukittinggi. Dia menyebut film-film Usmar Ismail, seperti "Harimau Tjampa" yang berlatar belakang Minangkabau, sebagai daya tarik yang kuat bagi para wisatawan. "Kami berharap film-film tersebut bisa merepresentasikan kebudayaan Minangkabau kepada dunia," jelasnya.
Menariknya, nama jalan ini ditulis dengan huruf Arab Melayu, sebuah bentuk kearifan lokal yang pada dasarnya sudah mulai dilupakan namun kini diperkenalkan kembali. Ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung dan menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat.
Saat prosesi peresmian, Heidy Hermia Ismail, putri keempat dari Haji Usmar Ismail, nampak sangat terharu melihat nama ayahnya diabadikan di kota kelahirannya. "Peresmian ini sangat istimewa, dan Bukittinggi adalah kota pertama yang melakukan penghormatan seperti ini dengan memperhatikan keluarga kami," ujarnya dengan penuh emosi.
Namun, di balik perayaan tersebut, Fadli Zon juga menyoroti sebuah ironi. "Meskipun telah ada nama jalannya, ironisnya Bukittinggi belum memiliki bioskop," katanya. Untuk itu, ia mengajak para investor dan pelaku industri film untuk datang dan membangun fasilitas perfilman modern di Bukittinggi sebagai bentuk penghormatan yang lebih nyata terhadap Usmar Ismail.
Berbeda dengan peresmian nama jalan pada umumnya, acara pengenalan Jalan Haji Usmar Ismail ini diwarnai dengan rangkaian kegiatan budaya, termasuk pemutaran film-film karya sang maestro serta pameran foto yang menggambarkan perjalanan hidup Usmar Ismail, dari Bukittinggi hingga ke Hollywood, tempat di mana karyanya diakui secara internasional.
Walikota Bukittinggi, H. M. Ramlan Nurmatias, juga mengungkapkan harapannya untuk membangun Museum Film Usmar Ismail yang tidak hanya menjadi pusat studi perfilman tetapi juga menarik wisatawan ke daerah tersebut. "Museum ini bisa menjadi magnet pariwisata budaya dan juga berfungsi sebagai pusat studi untuk perfilman di Sumatera Barat," tuturnya.
Sutradara terkenal, Riri Riza, menambahkan bahwa penghormatan ini lebih dari sekedar penamaan sebuah jalan. "Kami berharap Bukittinggi bisa menjadi laboratorium bagi perkembangan sinema Indonesia yang merangkul kekayaan budaya lokal, seperti yang selalu diperjuangkan oleh Usmar Ismail," ujarnya.
Peresmian jalan ini menambah daftar panjang upaya pelestarian warisan budaya perfilman nasional. Sebelumnya, pemerintah juga telah menetapkan 30 Maret sebagai Hari Film Nasional, untuk mengenang tanggal produksi film perdana karya Usmar Ismail yang berjudul "Darah dan Doa" pada tahun 1950. Usmar Ismail, yang juga telah diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 10 November 2021, adalah figur yang tak hanya dikenal sebagai sutradara legendaris, tetapi juga wartawan, penulis, dan tokoh budaya yang karya-karyanya tetap relevan hingga saat ini. Film-film seperti "Lewat Djam Malam", "Tiga Dara", dan "Harimau Tjampa" menjadi rujukan penting dalam sejarah perfilman Indonesia.