Korban Penyalahgunaan Narkoba Direhabilitasi, Bukan Dipenjara: Paradigma Baru Penanganan Kasus Narkoba di Indonesia
Tanggal: 14 Okt 2025 22:18 wib.
Indonesia tengah menapaki perubahan penting dalam penanganan kasus penyalahgunaan narkoba. Selama ini, pendekatan hukum terhadap pelaku penyalahgunaan narkoba cenderung berfokus pada penindakan dan hukuman penjara. Namun, kebijakan terbaru yang menegaskan bahwa korban penyalahgunaan narkoba harus direhabilitasi, bukan dipenjara, menjadi langkah maju yang mencerminkan paradigma baru dalam menangani masalah ini.
Mengapa Rehabilitasi Lebih Utama daripada Penahanan?
Penyalahgunaan narkoba sejatinya merupakan masalah kesehatan masyarakat yang kompleks, bukan hanya sekadar masalah kriminal. Banyak pelaku penyalahgunaan narkoba sebenarnya adalah korban dari ketergantungan zat yang sulit mereka kendalikan tanpa dukungan profesional.
Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN), lebih dari 80% pengguna narkoba membutuhkan bantuan rehabilitasi medis dan psikososial. Penahanan dalam penjara tanpa program rehabilitasi justru memperburuk kondisi mereka, karena lingkungan penjara bukan tempat yang kondusif untuk pemulihan, bahkan bisa memicu penularan penyakit dan risiko kriminalisasi lebih dalam.
Oleh sebab itu, rehabilitasi menjadi pilihan tepat agar para korban dapat memperoleh perawatan yang memadai, pulih secara fisik dan mental, serta kembali menjadi anggota produktif masyarakat.
Regulasi dan Kebijakan Pendukung Rehabilitasi
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia melalui berbagai regulasi mulai menggeser fokus penanganan narkoba dari hukuman penjara ke pendekatan rehabilitatif. Salah satunya adalah aturan yang memberikan kewenangan kepada aparat hukum untuk merekomendasikan rehabilitasi bagi korban penyalahgunaan narkoba.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika mengatur bahwa pengguna yang tertangkap bisa mendapatkan program rehabilitasi medis dan sosial jika memenuhi kriteria tertentu, alih-alih diproses pidana.
Selain itu, pemerintah terus memperkuat fasilitas rehabilitasi di seluruh Indonesia, meningkatkan kapasitas tenaga medis dan psikolog, serta menggandeng lembaga swadaya masyarakat untuk memperluas jangkauan program.
Dampak Positif Rehabilitasi bagi Korban dan Masyarakat
Pendekatan rehabilitasi memberikan manfaat ganda. Bagi korban, mereka mendapat kesempatan untuk keluar dari jeratan ketergantungan narkoba dengan dukungan medis dan psikologis. Program rehabilitasi yang terstruktur membantu mengurangi risiko kambuh, memperbaiki hubungan sosial, serta meningkatkan kualitas hidup.
Bagi masyarakat, rehabilitasi mengurangi angka residivis atau pengulangan kasus penyalahgunaan narkoba yang sering terjadi akibat penahanan tanpa pendampingan. Selain itu, rehabilitasi juga mengurangi beban sistem peradilan pidana dan kepadatan lapas, yang selama ini menjadi masalah kronis.
Lebih jauh, rehabilitasi mendukung terciptanya lingkungan yang aman dan sehat karena korban yang pulih bisa berkontribusi positif dalam masyarakat dan ekonomi.
Tantangan dalam Implementasi Rehabilitasi
Meski banyak manfaatnya, implementasi rehabilitasi korban narkoba juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah stigma sosial yang masih melekat pada pengguna narkoba, yang sering dianggap sebagai kriminal dan sumber masalah.
Stigma ini bisa menghambat proses rehabilitasi karena korban enggan mencari bantuan dan masyarakat kurang mendukung reintegrasi mereka. Oleh karena itu, edukasi dan kampanye publik menjadi penting untuk mengubah paradigma dan membuka ruang bagi penerimaan dan dukungan.
Selain itu, ketersediaan fasilitas rehabilitasi yang memadai masih terbatas di beberapa daerah, terutama wilayah terpencil. Pemerintah harus memastikan distribusi sumber daya yang merata agar akses rehabilitasi tidak hanya milik warga kota besar.
Peran Aparat Hukum dan Masyarakat
Dalam paradigma baru ini, aparat hukum berperan sebagai fasilitator rehabilitasi, bukan hanya sebagai penegak hukum semata. Polisi dan jaksa harus memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya rehabilitasi dan mampu mengidentifikasi korban penyalahgunaan narkoba yang berhak mendapatkan program ini.
Sementara itu, masyarakat luas juga harus aktif mendukung proses rehabilitasi dengan memberikan lingkungan yang inklusif dan membantu korban kembali beradaptasi. Dukungan keluarga menjadi sangat krusial dalam memotivasi korban menjalani program rehabilitasi hingga tuntas.
Cerita Sukses dari Rehabilitasi
Banyak kisah inspiratif yang membuktikan bahwa rehabilitasi efektif dalam mengubah hidup korban penyalahgunaan narkoba. Misalnya, Andi, seorang pemuda dari Jawa Tengah, yang berhasil pulih setelah mengikuti program rehabilitasi selama enam bulan.
“Awalnya saya takut sekali, tapi dengan dukungan tenaga medis dan keluarga, saya bisa melewati masa sulit dan sekarang sudah kembali bekerja dan kuliah,” katanya.
Kisah-kisah seperti Andi menjadi bukti bahwa rehabilitasi bukan hanya solusi medis, tapi juga harapan nyata bagi masa depan para korban.
Rehabilitasi sebagai Solusi Berkelanjutan
Mengubah paradigma penanganan penyalahgunaan narkoba dari penahanan ke rehabilitasi merupakan langkah maju yang sangat penting. Ini bukan hanya soal kemanusiaan, tapi juga strategi efektif mengurangi dampak negatif narkoba secara menyeluruh.
Indonesia perlu terus menguatkan regulasi, memperluas fasilitas, mengedukasi masyarakat, dan memastikan sinergi antara aparat hukum, tenaga medis, serta komunitas dalam menjalankan program rehabilitasi.
Dengan begitu, korban penyalahgunaan narkoba tidak lagi dipandang sebagai penjahat, tapi sebagai manusia yang perlu mendapatkan kesempatan kedua untuk pulih dan berkontribusi bagi bangsa dan negara.