Konflik di Thailand Buka Peluang Indonesia Tarik Lebih Banyak Wisatawan Asing
Tanggal: 29 Jul 2025 10:16 wib.
Di tengah memanasnya konflik antara Thailand dan Kamboja, Indonesia disebut memiliki peluang besar untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara (wisman). Hal ini disampaikan oleh Taufan Rahmadi, Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) Bidang Pariwisata, yang menilai bahwa keamanan menjadi pertimbangan utama dalam keputusan wisatawan memilih destinasi liburan."Dalam konteks dinamika pariwisata global, keamanan menjadi hal paling krusial. Indonesia termasuk negara di Asia Tenggara yang secara politik relatif stabil dan aman,” ujar Taufan dalam wawancara dengan ANTARA pada Senin (24/7).Ia menambahkan, situasi ini seharusnya dimanfaatkan sebagai momentum untuk mempromosikan Indonesia sebagai destinasi aman, ramah, serta kaya akan keindahan alam dan atraksi budaya.Meski begitu, menurutnya, potensi ini tak bisa dimaksimalkan hanya dengan mengandalkan konflik negara tetangga. Pemerintah dan pelaku industri pariwisata tetap perlu menggencarkan promosi, memperkuat citra destinasi aman, dan menawarkan paket-paket wisata menarik untuk menarik minat wisatawan asing.Namun demikian, dari pantauan datanya, belum terlihat dampak signifikan dari konflik tersebut terhadap tren kunjungan wisatawan ke Indonesia.“Kita juga harus hati-hati. Jangan sampai persepsi kawasan Asia Tenggara yang sedang berkonflik justru membuat Indonesia ikut dianggap tidak aman, meskipun kita tidak terlibat langsung,” katanya.Sementara itu, pendapat lain disampaikan oleh Azril Azhari, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI). Ia menilai bahwa tanpa konflik sekalipun, Indonesia seharusnya sudah mampu menjadi magnet bagi wisman, terutama dengan wisata kebugaran yang sangat beragam."Kita punya banyak keunggulan dalam wisata kebugaran dibanding Thailand. Dari spa, yoga, hingga terapi holistik, semuanya ada di Indonesia," jelas Azril.Contoh destinasi yang disebutkannya termasuk La Joya untuk yoga, Jeeva Klui Resort untuk spa, hingga pusat-pusat wellness di Karanganyar, Kintamani, Sanur, dan Canggu. Di Tawangmangu, ada Rumah Atsiri Indonesia, yang menjadi tujuan wisata edukatif berbasis tanaman atsiri. Sementara di Bantul, Desa Kiringan dikenal akan wisata jamu.Azril juga menyoroti potensi pengobatan tradisional Indonesia yang berfokus pada keseimbangan tubuh dan pikiran. Ditambah lagi, negeri ini memiliki Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang berfokus pada medical tourism, lengkap dengan klinik dan rumah sakit bertaraf internasional.“Indonesia punya warisan luar biasa lewat Jalur Rempah Nusantara. Dari perawatan tubuh, konsumsi makanan sehat, hingga pola hidup organik, semuanya bisa kita tawarkan sebagai kekuatan pariwisata,” tambahnya.Warisan rempah Nusantara ini telah menarik perhatian sejak 4.500 tahun lalu oleh bangsa Austronesia, dan terus menjadi magnet hingga era penjelajahan bangsa Eropa. Kini, kekayaan tersebut berpeluang besar untuk menjadikan Indonesia sebagai poros utama pariwisata global, apalagi di saat negara tetangga sedang dilanda ketegangan.