KONEKSI Gelar Roadshow di Makassar, Peneliti Indonesia–Australia Soroti Ketahanan Iklim Kawasan Timur

Tanggal: 21 Agu 2025 09:05 wib.
Makassar menjadi tuan rumah pembuka roadshow perdana para peneliti perubahan iklim yang tergabung dalam KONEKSI, sebuah program kerja sama riset antara Indonesia dan Australia. Acara yang berlangsung pada 19–20 Agustus 2025 ini menghadirkan rangkaian diskusi, presentasi, hingga pertukaran pengetahuan yang berfokus pada isu perubahan iklim dan ketahanan komunitas di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Dalam kegiatan tersebut, dipaparkan sebanyak 38 penelitian yang secara khusus menyoroti bagaimana perubahan iklim berdampak langsung pada lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat di kawasan timur. Tidak hanya menampilkan data, penelitian ini juga mengangkat kisah nyata ketangguhan masyarakat lokal dalam merespons tantangan iklim yang semakin kompleks.

Salah satu peneliti KONEKSI, Sharyn Davies, menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif dalam riset perubahan iklim. “Keterlibatan masyarakat, analisis kerentanan yang berlapis, serta kolaborasi multidisipliner internasional merupakan fondasi kuat untuk menghadirkan solusi berkelanjutan terhadap perubahan iklim,” jelasnya. Ia juga memperkenalkan proyek Building a Model of Future-proofing for Climate Resilience by Engaging Communities (MoFCREC) yang menjadi kerangka strategi ketahanan iklim bagi Indonesia Timur.

Proyek MoFCREC membawa tiga inovasi utama: pertama, keterlibatan masyarakat secara mendalam melalui proses desain bersama di setiap tahapan penelitian; kedua, pengungkapan kerugian interseksional akibat perubahan iklim, seperti dampaknya terhadap kemiskinan dan gizi; ketiga, pembentukan tim riset internasional lintas disiplin yang menggabungkan keahlian dari berbagai bidang, mulai dari ketahanan iklim, tata kelola lingkungan, hak asasi manusia, inklusi sosial, gender, disabilitas, hingga hukum dan kebijakan publik.

Moh Taqiuddin, peneliti sekaligus ahli Sosiologi Pemberdayaan Masyarakat dari Universitas Mataram, menambahkan bahwa data ilmiah saja tidak cukup untuk mendorong kebijakan yang tepat. “Cerita dari masyarakat menjadi kunci penting. Melalui riset aksi partisipatif, kita bisa memperoleh pengetahuan berbasis pengalaman lokal, yang justru memperkaya strategi adaptasi dan ketangguhan masyarakat menghadapi dampak perubahan iklim,” paparnya.

Pentingnya konteks lokal dalam perumusan kebijakan juga ditekankan Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Jufri Rahman. Ia menyebut bahwa rancangan kebijakan harus dibangun di atas naskah akademik yang kokoh, dengan melibatkan pakar dan peneliti sejak tahap awal. “Sebelum penyusunan RPJMD di kabupaten, kota, maupun provinsi, diperlukan kolaborasi dengan akademisi dan peneliti. Dengan begitu, hasilnya bisa lebih teknokratik, tepat sasaran, dan responsif terhadap isu perubahan iklim,” katanya.

Diskusi panel hari pertama roadshow ini dihadiri lebih dari 200 peserta yang terdiri atas perwakilan pemerintah Indonesia dan Australia, akademisi, pelaku usaha, hingga media lokal. Kegiatan kemudian berlanjut dengan sesi Knowledge-to-policy Exchange (K2P) 1 dan K2P 2, ruang dialog yang mempertemukan berbagai perspektif untuk memahami tantangan serta dampak nyata perubahan iklim di masyarakat Kawasan Timur Indonesia. Sesi ini juga menjadi wadah penting untuk menggali gagasan kebijakan yang lebih inklusif, adaptif, dan berkelanjutan.

Melalui kehadiran KONEKSI di Makassar, kerja sama penelitian Indonesia–Australia kembali menegaskan perannya bukan hanya dalam ranah akademik, tetapi juga sebagai jembatan penghubung antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan kebutuhan nyata masyarakat di garis depan perubahan iklim.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved