Kolaborasi Guru dan Orang Tua Dukung Anak Jalani Pemeriksaan Kesehatan Sekolah
Tanggal: 10 Agu 2025 18:36 wib.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi RSCM, Prof. Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K), menekankan pentingnya peran guru dan orang tua dalam membantu kesiapan anak menjalani Cek Kesehatan Gratis (CKG) Sekolah. Menurutnya, guru memiliki pengaruh besar dalam menenangkan anak karena sering kali suara mereka lebih didengar dibandingkan orang tua. “Anak itu sangat mendengarkan guru. Yang tadinya menjerit-jerit waktu masih balita, saat usia 4–5 tahun bisa duduk manis walau takut,” ujarnya di Jakarta, Rabu.
Prof. Rinawati menyoroti bahwa rasa takut anak saat melihat alat medis, seperti jarum suntik, kerap diperparah oleh komunikasi yang kurang tepat dari orang tua. Ia menyesalkan kebiasaan sebagian orang tua yang menggunakan vaksinasi sebagai ancaman. “Misalnya bilang, ‘kamu nakal ya, nanti divaksin sama dokter.’ Anak jadi menganggap suntik itu hukuman, bukan untuk kebaikannya,” jelasnya.
Sebagai gantinya, ia menyarankan orang tua memberikan dukungan positif. Anak perlu diyakinkan bahwa pemeriksaan kesehatan adalah langkah menjadi lebih kuat dan sehat. “Katakan saja, ‘kamu mau sehat kan, mau jadi jagoan? Suntik ini biar penjahatnya hilang, jadi jangan takut.’ Anak juga boleh dipangku atau dipeluk saat diperiksa, yang penting jangan dipaksa,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya pemeriksaan menyeluruh pada anak sekolah, mulai dari kadar hemoglobin, pemantauan berat badan, hingga kecukupan vitamin D3. Hal ini diperlukan karena anak sekolah akan memasuki fase remaja yang membutuhkan kondisi tubuh optimal. “Pastikan HB normal, berat badan terjaga, dan asupan vitamin cukup,” tegasnya.
Program CKG Sekolah sendiri telah resmi diluncurkan pemerintah sejak 4 Agustus 2025. Program ini menyasar lebih dari 53 juta siswa SD hingga SMA di 282.000 sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia. CKG termasuk dalam Program Hasil Terbaik Cepat Presiden Prabowo Subianto, yang memprioritaskan kesehatan generasi muda.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi 13 jenis tes, mulai dari status gizi, kebiasaan merokok (kelas 5–6 SD), tingkat aktivitas fisik, tekanan darah, gula darah, pemeriksaan tuberkulosis, telinga, mata, gigi, kesehatan jiwa, hepatitis B, kesehatan reproduksi, hingga riwayat imunisasi. Dengan dukungan guru, orang tua, dan tenaga kesehatan, diharapkan anak-anak Indonesia dapat tumbuh menjadi generasi yang lebih sehat dan siap menghadapi masa depan.