Kisah Ayah dan Anak Difabel yang Menggelandang di Gua Kawasan Makam Jepara
Tanggal: 10 Jun 2024 16:27 wib.
Seorang ayah bernama Guntur (48) dan anaknya ditemukan tinggal menggelandang di Gua yang berada di kawasan makam Kelurahan Ujungbatu, Jepara. Guntur yang berasal dari Desa Ujungsemi, Demak itu membawa anaknya yang berumur 7 tahun dan penyandang difabel hidup nomaden. Terkadang dia tidur di pemakaman hingga ditemukan di dalam gua.
Guntur mengaku telah meninggalkan desa kelahirannya sejak 2 tahun yang lalu dan hidup nomaden karena tak ingin merepotkan keluarga.
Saat dikunjungi pihak kepolisian bersama dinas sosial, Guntur menolak untuk ditempatkan di Wisma Penampungan meski hidup jauh dari kata layak.
Ayah tersebut berjuang untuk mencari makanan dan bantuan bagi anaknya yang difabel. Dengan keterbatasan ekonomi dan fisiknya, ia berkeliling ke kawasan makam setiap harinya, mencari sisa makanan dari para pengunjung makam sebagai tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Anaknya, yang difabel, juga turut serta dalam perjuangan ayahnya, dengan segala keterbatasannya.
Tentu saja, kondisi ini menarik perhatian para relawan dan organisasi sosial. Mereka yang tergugah dengan kisah ayah dan anak ini memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, dan perawatan medis yang sangat dibutuhkan. Namun, bantuan tersebut tidak cukup untuk merubah nasib mereka secara permanen.
Kisah ini mengundang perenungan bagi kita semua. Seringkali kita terlalu sibuk dengan urusan kita masing-masing sehingga kita melupakan bahwa masih ada orang-orang yang hidup dalam kondisi sulit di sekitar kita. Begitu banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membantu mereka, meskipun sebagian kecil dari kita seringkali terlarut dalam kesibukan dunia kita sendiri.
Anaknya pun tak bisa mengenyam pendidikan karena keterbatasan ekonominya. Atas beberapa pertimbangan, Guntur dan sang anak dipulangkan ke daerah asalnya.
Kisah ini juga menggugah kesadaran kita akan pentingnya perlindungan sosial bagi kelompok-kelompok rentan seperti ayah dan anak difabel ini. Kehidupan manusia adalah anugerah yang seharusnya dinikmati oleh semua orang tanpa terkecuali. Pendekatan yang berkelanjutan dalam memberikan bantuan dan dukungan kepada mereka perlu menjadi prioritas kita bersama.
Sudah saatnya kita membuka mata dan hati kita terhadap realitas sosial di sekitar kita. Ayah dan anak difabel yang menggelandang di gua kawasan makam Jepara hanyalah satu dari sekian banyak kisah tragis di sekitar kita. Mari kita bersama-sama berkontribusi untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi semua orang, tanpa terkecuali.
Kisah ini harus menjadi titik tolak bagi kita untuk berbuat lebih banyak dalam membantu sesama, terutama bagi mereka yang tidak mampu meminta bantuan. Bersama, kita dapat menciptakan perubahan positif dalam kehidupan mereka dan menjadikan dunia ini sebagai tempat yang lebih berpihak kepada keadilan dan kasih sayang.