Khofifah Tegaskan Tolak Istilah “Anak Nakal”: Mereka Punya Akal yang Tak Terhingga
Tanggal: 15 Mei 2025 19:55 wib.
Tampang.com | Surabaya, 15 Mei 2025 Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menolak keras penggunaan istilah "anak nakal" untuk menyebut anak-anak yang bermasalah secara perilaku. Baginya, label tersebut tidak hanya keliru, tapi juga dapat merusak citra dan potensi anak-anak yang sesungguhnya masih dalam proses tumbuh dan berkembang.
"Nakal" Adalah "N Akal": Potensi yang Belum Tertata
Dalam keterangannya di Gedung Negara Grahadi, Khofifah menyampaikan bahwa istilah "nakal" sebaiknya tidak digunakan, karena menurutnya itu hanya menunjukkan akal yang belum terarah, bukan kejahatan.
"Saya sangat tidak setuju kalau mereka disebut anak nakal. Bagi saya, ‘nakal’ itu 'N Akal'—artinya akal yang tak terhingga. Jadi tolong hati-hati dalam menyebut mereka seperti itu," jelas Khofifah, Kamis (15/5/2025).
Setiap Anak Terlahir Suci, Peran Lingkungan Menentukan
Khofifah menekankan bahwa setiap anak lahir dalam kondisi fitrah—suci dan bersih—dan menjadi tanggung jawab bersama untuk membentuk kepribadiannya. Ia mengibaratkan anak sebagai kertas putih yang kemudian diwarnai oleh lingkungan sekitar, termasuk orang tua dan institusi pendidikan.
Punya Sekolah Taruna, Bukan Barak Militer
Menanggapi perbandingan dengan kebijakan di Jawa Barat yang menggiring siswa bermasalah ke barak militer, Khofifah dengan tegas menolak dibandingkan. Ia menyebut Jawa Timur telah memiliki pendekatan tersendiri melalui pendidikan karakter berbasis sekolah taruna.
"Wes to rek, ojo dibanding-bandingke (sudah, jangan dibanding-bandingkan)," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa sejak era Gubernur Soekarwo, Pemprov Jatim telah membangun beberapa SMA Taruna seperti:
SMA Taruna Nala di Malang
SMA Taruna Angkasa di Madiun
SMA Taruna Brawijaya di Kediri
SMA Taruna Bhayangkara di Banyuwangi
SMA Taruna Madani di Pasuruan
Dan yang sedang dibangun: SMA Taruna Pamong Praja di Bojonegoro (bekerja sama dengan IPDN)
Pendidikan Karakter Jadi Fokus Utama
Melalui sekolah-sekolah taruna tersebut, anak-anak akan dibekali dengan karakter kebangsaan, karakter nusantara, dan karakter ke-Indonesiaan yang kuat. Khofifah percaya bahwa pendidikan karakter jauh lebih efektif daripada pendekatan berbasis hukuman atau militerisasi.
"Kita sudah punya cara tersendiri. Lewat sekolah itu, anak-anak Jatim akan mendapatkan pendidikan karakter yang utuh," ujarnya.
Tolak Stigma, Bangun Harapan
Khofifah berharap agar seluruh pemangku kepentingan—baik pemerintah, masyarakat, maupun media—dapat meninggalkan labelisasi negatif terhadap anak-anak yang sedang bermasalah. Menurutnya, setiap anak memiliki potensi besar yang bisa diasah dengan pendekatan yang tepat.