Kesederhanaan Perayaan HUT Ke-80 RI di Masyarakat Badui sebagai Wujud Cinta Tanah Air
Tanggal: 20 Agu 2025 13:23 wib.
Di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, masyarakat Badui merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan penuh kesederhanaan, namun sarat makna karena dilandasi oleh kecintaan yang tulus terhadap Tanah Air. Sekretaris Desa Kanekes, Medi, menyampaikan bahwa bagi masyarakat Badui, kemerdekaan adalah anugerah yang tidak ternilai harganya dan wajib dirayakan oleh seluruh warga negara Indonesia, meski hanya dengan cara sederhana. “Kami sangat mencintai Tanah Air dan kemerdekaan mutlak dirayakan seluruh masyarakat Indonesia,” ujarnya saat dihubungi di Rangkasbitung, Minggu (17/8).
Perayaan tersebut dipusatkan di Terminal Ciboleger, pintu masuk utama menuju kawasan Badui. Sejak pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, masyarakat sudah memadati lokasi upacara dengan antusiasme yang tinggi, menandakan betapa kuatnya rasa cinta mereka terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tak hanya warga Badui, masyarakat dari luar kawasan pun ikut hadir, sehingga tercipta suasana kebersamaan yang khidmat, penuh penghormatan, dan harmonis. Medi menekankan bahwa keikutsertaan mereka dalam merayakan hari kemerdekaan merupakan wujud nyata dari rasa syukur serta tanggung jawab moral sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang hidup dalam keberagaman namun tetap bersatu.
Suasana sederhana tidak mengurangi kemeriahan, karena masyarakat Badui juga menggelar beragam perlombaan khas 17 Agustusan, mulai dari lomba makan kerupuk hingga panjat pinang. Kegiatan ini tidak sekadar permainan, melainkan simbol kebersamaan dan sarana memperkuat solidaritas antarwarga. Bagi mereka, perlombaan tersebut menjadi cara untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai patriotisme, semangat gotong royong, dan rasa cinta tanah air yang diwariskan dari generasi ke generasi. Medi menambahkan bahwa dalam momentum peringatan kemerdekaan, masyarakat Badui meninggalkan aktivitas berladang untuk berkumpul di kampung-kampung, ikut serta dalam upacara, dan merasakan suasana syukur yang mendalam karena bangsa Indonesia masih bisa hidup dalam keadaan damai dan terus berkembang.
Lebih dari sekadar perayaan, kehidupan masyarakat Badui sendiri mencerminkan nilai-nilai persatuan dan kedamaian. Mereka menjunjung tinggi aturan adat yang melarang keras segala bentuk tindakan negatif, mulai dari tindak kriminal, konsumsi minuman keras, hingga penyalahgunaan narkoba. Sanksi adat yang tegas, bahkan sampai pengusiran dari permukiman, menjadi cara untuk menjaga ketertiban dan keharmonisan. Prinsip tersebut membuat masyarakat Badui mampu hidup dalam lingkungan yang aman, damai, dan penuh penghargaan terhadap sesama, sekaligus menunjukkan bahwa persatuan dan kedamaian bisa dijaga dengan kearifan lokal.
Sementara itu, Pulung, salah seorang warga Badui Luar, mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya bisa ikut serta dalam peringatan kemerdekaan tahun ini. Ia datang sejak pagi bersama warga lain demi mengikuti upacara, karena momen tersebut memiliki arti yang sangat mendalam baginya. “Kami bersyukur hingga hari ini negara tetap aman dan damai, dan itulah alasan kami hadir, sebagai wujud kecintaan kepada Indonesia,” ungkapnya.
Perayaan HUT ke-80 RI di tengah masyarakat Badui membuktikan bahwa semangat kemerdekaan bukan hanya milik warga di perkotaan dengan perayaan besar dan meriah, tetapi juga hidup dan terasa kuat di pedalaman dengan suasana sederhana. Justru dari kesederhanaan itulah muncul makna yang lebih dalam, bahwa kemerdekaan bukan semata-mata seremoni, melainkan warisan yang harus selalu dirawat dengan rasa syukur, cinta, dan persatuan. Bagi masyarakat Badui, cara mereka merayakan kemerdekaan adalah cermin dari komitmen menjaga Indonesia agar tetap utuh, damai, dan terus melangkah maju ke masa depan.