Kericuhan Pasca Tewasnya Ojol Meluas hingga Otista, Massa Bentrok dengan Polisi
Tanggal: 1 Sep 2025 14:31 wib.
Gelombang kericuhan pasca insiden tewasnya seorang pengemudi ojek online (ojol) akibat terlindas kendaraan taktis Brimob terus meluas dan kini merambah hingga ke Jalan Raya Otto Iskandardinata (Otista), Jatinegara, Jakarta Timur, pada Jumat pagi (29/8). Aksi massa yang semula terpusat di kawasan Mako Brimob, Kwitang, Jakarta Pusat, akhirnya menjalar ke wilayah lain dan menyebabkan bentrokan semakin sulit terkendali.
Pantauan di lokasi memperlihatkan ratusan warga, sebagian besar didominasi oleh pemuda, terlibat saling serang dengan aparat kepolisian yang berjaga. Ketegangan kian memuncak ketika polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan. Massa yang marah merespons dengan melemparkan batu dan berbagai benda ke arah aparat. Situasi itu membuat suasana di sekitar Jatinegara menjadi semakin panas, sementara suara teriakan dan letupan gas air mata terdengar berulang kali.
Kericuhan berdampak besar terhadap arus lalu lintas. Ruas Jalan Otista ditutup total, memaksa pengendara roda dua maupun roda empat mencari jalur alternatif. Banyak kendaraan pribadi maupun umum terpaksa memutar balik, sementara kemacetan panjang tak bisa dihindari. Bus Transjakarta yang biasanya melintas di jalur tersebut pun terpaksa menghentikan operasionalnya karena akses jalan tidak memungkinkan untuk dilewati. Kondisi ini menambah kepadatan lalu lintas di jalan-jalan sekitar Jatinegara dan kawasan timur Jakarta.
Aparat kepolisian berusaha melakukan pengamanan maksimal dengan memperbanyak barisan personel di titik-titik strategis. Polisi juga berulang kali memberikan imbauan melalui pengeras suara agar massa menghentikan aksinya dan tidak memperkeruh keadaan. Meski begitu, massa tampak masih bertahan di lokasi dan menunjukkan perlawanan. Hingga berita ini diturunkan, petugas masih bersiaga penuh di sepanjang Jalan Otista dan sekitarnya untuk mencegah pecahnya bentrokan susulan.
Sementara itu, situasi di kawasan Mako Brimob, Kwitang, Jakarta Pusat, yang menjadi titik awal konsentrasi massa, juga masih mencekam. Ribuan orang, terdiri dari pengemudi ojol dan warga, bertahan di sekitar lokasi hingga dini hari meskipun aparat berkali-kali berusaha membubarkan kerumunan dengan menembakkan gas air mata. Sekitar pukul 03.00 WIB, massa tetap belum mau meninggalkan lokasi. Asap hitam pekat dan titik-titik api masih terlihat di sekitar jalan layang Senen, sementara suara letusan terus terdengar.
Amarah massa kian membesar setelah pos polisi yang berada tepat di bawah jalan layang Senen dibakar. Tindakan ini dilakukan sebagai bentuk protes keras sekaligus pelampiasan kekecewaan terhadap aparat kepolisian. Mereka menuntut pertanggungjawaban atas insiden tragis yang menewaskan seorang pengemudi ojol sehari sebelumnya. Peristiwa itu menjadi pemicu gelombang kemarahan yang kemudian melebar hingga ke berbagai titik di Jakarta.
Di tengah situasi yang terus memanas, pihak kepolisian berusaha meredam kemarahan publik dengan menjanjikan proses hukum yang transparan. Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, Irjen Polisi Abdul Karim, menegaskan bahwa penanganan kasus rantis Brimob yang menewaskan pengemudi ojol dilakukan secara cepat, tegas, dan terbuka. Ia menambahkan, pemeriksaan bukan hanya dilakukan oleh Propam Mabes Polri, tetapi juga melibatkan Korps Brimob, mengingat anggota yang terlibat berasal dari satuan tersebut. Langkah ini disebut sebagai wujud komitmen Polri untuk menunjukkan akuntabilitas sekaligus mengembalikan kepercayaan publik.
Namun, meski pernyataan resmi dari kepolisian telah disampaikan, gelombang protes dan kericuhan di lapangan menunjukkan bahwa kemarahan masyarakat belum mereda. Tuntutan agar ada keadilan nyata bagi korban dan keluarganya menjadi alasan utama massa tetap bertahan dan melanjutkan aksi mereka. Hingga kini, aparat masih melakukan penjagaan ketat di berbagai titik rawan, baik di Jakarta Pusat maupun Jakarta Timur, untuk mengantisipasi meluasnya kerusuhan dan memastikan situasi bisa segera dikendalikan.