Kericuhan Job Fair Bekasi: Cerminan Tingginya Angka Pengangguran dan Minimnya Lapangan Kerja
Tanggal: 30 Mei 2025 19:32 wib.
Bekasi, Tampang.com – Kericuhan yang terjadi dalam job fair yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi di Gedung Convention Center Presiden University, Jababeka, Cikarang Utara, pada Selasa (27/5/2025), menjadi indikator jelas tingginya kebutuhan masyarakat akan pekerjaan. Pengamat Ketenagakerjaan, Tadjuddin Noer Effendi, menilai insiden ini mencerminkan tingginya angka pengangguran yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
"Itu indikasi sebenarnya masyarakat kita itu sedang membutuhkan peluang kerja sebenarnya. Sebab angka pengangguran kita kan meningkat, menurut BPS," kata Tadjuddin saat dikonfirmasi, Kamis (29/5/2025).
Pemerintah Dinilai Lambat Ciptakan Peluang Kerja
Tadjuddin mengkritik pemerintah yang dinilainya belum cukup sigap dalam menciptakan lapangan kerja. Akibatnya, setiap kali bursa kerja digelar, selalu dipadati pencari kerja.
"Pemerintah itu agak lambat menciptakan peluang kerja. Ketika bursa kerja dibuka di suatu daerah, pasti itu akan diserbu," ucap Tadjuddin.
Ia juga memperkirakan bahwa jumlah pengunjung dalam acara bursa kerja di mana pun akan selalu membeludak. Hal ini disebabkan setiap tahun terdapat jutaan orang yang masuk ke dalam angkatan kerja, ditambah dengan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang masih berlangsung.
"Di mana saja itu bisa meledak, karena itu merupakan fenomena yang meluas, apalagi PHK terus meningkat. Nah, setiap tahun, angkatan kerja yang siap masuk ke pasar kerja itu kira-kira 3 juta sampai 3,5 juta," jelas Tadjuddin, menggambarkan tekanan pasar kerja yang sangat besar.
Solusi: Pemanfaatan Platform Digital
Sebagai solusi untuk menghindari kericuhan serupa di masa mendatang, Tadjuddin menyarankan agar pemerintah daerah mulai memanfaatkan platform digital untuk menyelenggarakan bursa kerja secara daring.
"Kan bisa lewat online, begitu kan gampang banget, di mana saja, seluruh Indonesia masuk," ungkap Tadjuddin, mengedepankan efisiensi dan jangkauan yang lebih luas melalui teknologi.
Sebelumnya diberitakan, job fair di Bekasi tersebut berujung ricuh. Sejumlah pencari kerja terlibat baku hantam setelah saling berebut gambar quick response (QR), menyebabkan beberapa orang pingsan karena terhimpit gelombang manusia yang panik menghindari kericuhan.
Seorang saksi mata, Ridwan Rahmat, menilai panitia penyelenggara tidak siap dalam menggelar job fair sebesar itu. "Kurang persiapan intinya panitianya," kata Ridwan. Ia menyarankan agar acara besar yang berpotensi mengundang banyak masyarakat seperti job fair sebaiknya tidak digelar di satu tempat. Seharusnya, kata Ridwan, event job fair digelar di sejumlah tempat agar pencari kerja tidak menumpuk di satu lokasi, sehingga insiden serupa dapat dihindari.