Kericuhan Job Fair Bekasi: Cerminan Tingginya Angka Pengangguran dan Minimnya Lapangan Kerja
Tanggal: 30 Mei 2025 19:36 wib.
Bekasi, Tampang.com – Kericuhan yang terjadi dalam job fair yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi di Gedung Convention Center Presiden University, Jababeka, Cikarang Utara, pada Selasa (27/5/2025), menjadi sorotan tajam. Pengamat Ketenagakerjaan, Tadjuddin Noer Effendi, menilai insiden serupa berpotensi terulang di wilayah lain di Indonesia.
Menurut Tadjuddin, kericuhan ini dipicu oleh tingginya jumlah angkatan kerja baru yang siap memasuki pasar kerja, ditambah dengan adanya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terus meningkat.
"Di mana saja itu bisa meledak, karena itu merupakan fenomena yang meluas, apalagi PHK terus meningkat di Indonesia. Nah, setiap tahun, angkatan kerja yang siap masuk ke pasar kerja itu kira-kira 3 juta sampai 3,5 juta," ujar Tadjuddin saat dikonfirmasi, Kamis (29/5/2025).
Indikasi Kebutuhan Lapangan Kerja yang Mendesak
Tadjuddin menilai bahwa kericuhan dalam job fair Bekasi mencerminkan betapa banyaknya masyarakat yang sedang membutuhkan lapangan pekerjaan. "Itu indikasi sebenarnya, masyarakat kita itu sedang membutuhkan peluang kerja sebenarnya. Sebab angka pengangguran kita kan meningkat, menurut BPS," kata Tadjuddin.
Lebih lanjut, Tadjuddin mengkritik pemerintah yang dinilainya lamban dalam menciptakan lapangan kerja. Karena itu, tidak mengherankan apabila setiap ada bursa kerja selalu dipadati pencari kerja. "Jadi begitu buka (job fair) apa saja, mereka serbu, pasti itu," ucap Tadjuddin.
Kurangnya Kesiapan Penyelenggara
Sebelumnya diberitakan, job fair tersebut berujung ricuh setelah sejumlah pencari kerja terlibat baku hantam karena saling berebut gambar quick response (QR). Meskipun tidak menimbulkan korban luka serius, insiden ini menyebabkan sejumlah pencari kerja pingsan karena terhimpit gelombang manusia yang panik menghindari kericuhan.
Seorang saksi mata, Ridwan Rahmat, menilai panitia penyelenggara tidak siap dalam menggelar job fair sebesar itu sehingga berujung ricuh. "Kurang persiapan intinya panitianya," kata Ridwan.
Menurut Ridwan, acara besar yang berpotensi mengundang banyak masyarakat seperti job fair sebaiknya tidak digelar di satu tempat. Seharusnya, kata Ridwan, event job fair digelar di sejumlah tempat agar pencari kerja tidak menumpuk di satu lokasi, sehingga insiden serupa dapat dihindari di masa mendatang.
Kericuhan ini menjadi peringatan keras bagi pemerintah dan penyelenggara job fair untuk mempersiapkan diri lebih matang dalam menghadapi tingginya animo pencari kerja.