Kereta Cepat Sudah Melaju, Tapi Transportasi Daerah Masih Jalan di Tempat!
Tanggal: 17 Mei 2025 14:45 wib.
Tampang.com | Peresmian kereta cepat Jakarta–Bandung oleh pemerintah menjadi tonggak baru pembangunan transportasi modern di Indonesia. Namun di balik kemegahan proyek tersebut, muncul pertanyaan besar: bagaimana nasib daerah-daerah lain yang hingga kini belum menikmati akses transportasi layak?
Kereta Cepat untuk Elit Perkotaan?
Meski menjanjikan efisiensi waktu, kereta cepat dinilai hanya menjangkau kelompok masyarakat menengah atas dan kawasan urban. Sementara itu, ribuan warga di pelosok Indonesia masih kesulitan mengakses angkutan umum yang layak.
“Pembangunan infrastruktur kita terlalu Jawa-sentris dan elitis,” kata Rifky Samudra, analis kebijakan transportasi dari Indonesian Urban Mobility Watch.
Jalan Rusak dan Minimnya Transportasi di Daerah
Di berbagai provinsi luar Jawa, jalan-jalan utama masih rusak parah dan transportasi umum nyaris tidak tersedia. Hal ini memperparah ketimpangan layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan logistik.
“Di kabupaten kami, anak-anak sekolah harus jalan kaki puluhan kilometer karena tidak ada angkutan,” ujar Fitri, warga Sanggau, Kalimantan Barat.
Prioritas Pembangunan Dipertanyakan
Sementara proyek seperti kereta cepat digelontorkan ratusan triliun rupiah, permintaan perbaikan jalan dan jembatan di daerah tertinggal sering kali tak mendapat perhatian memadai dari pusat.
“Pemerataan pembangunan hanya jargon jika tak ada keberpihakan anggaran,” tegas Rifky.
Solusi: Redistribusi Anggaran dan Pendekatan Kebutuhan Lokal
Para ahli menekankan pentingnya menggeser fokus dari proyek simbolik ke proyek fungsional yang menyentuh masyarakat luas. Perencanaan infrastruktur harus berbasis kebutuhan daerah, bukan sekadar prestise nasional.
“Kita butuh transportasi untuk rakyat, bukan sekadar monumen politik,” tambah Rifky.
Infrastruktur Seharusnya Menyatukan, Bukan Membelah
Ketimpangan infrastruktur bisa memperlebar jurang antarwilayah dan menciptakan rasa ketidakadilan yang akut. Indonesia butuh pembangunan yang mengakar hingga pelosok, bukan hanya yang terlihat dari pusat kekuasaan.