Sumber foto: Google

Keracunan Massal MBG di Cianjur: Polisi Temukan Dua Bakteri, BGN Klaim Tak Ada Racun

Tanggal: 8 Mei 2025 10:26 wib.
Tampang.com – Kasus keracunan makanan yang menimpa puluhan siswa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mulai menemui titik terang. Hasil uji laboratorium dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat mengungkap keberadaan dua jenis bakteri berbahaya—Staphylococcus dan Escherichia coli (E. coli)—yang ditemukan pada wadah makanan, sisa makanan, dan muntahan para korban.

“Ya, kami sudah menerima hasilnya. Ditemukan dua jenis bakteri dari beberapa sampel,” ujar AKP Tono, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Cianjur, saat ditemui di Mapolres Cianjur, Selasa (6/5/2025).

Staphylococcus dan E. coli: Bakteri yang Tidak Bisa Dianggap Remeh

Kedua bakteri yang terdeteksi dikenal luas sebagai pemicu keracunan makanan yang serius. Staphylococcus biasanya berasal dari kontaminasi silang dan kebersihan pengolah makanan yang buruk, sedangkan E. coli sangat erat kaitannya dengan sanitasi yang tidak memadai.

Temuan ini memicu pertanyaan besar tentang pengawasan dan kontrol kualitas dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah. Apakah proses produksi dan distribusi makanan dalam program ini benar-benar telah memenuhi standar higienitas?

Unsur Pidana? Polisi Masih Telusuri

Meski hasil lab menunjukkan adanya kontaminasi, pihak kepolisian belum bisa memastikan apakah terdapat unsur pidana dalam kejadian ini. AKP Tono menekankan bahwa penyelidikan masih terus berlangsung.

“Program MBG ini niatnya baik. Tapi kita harus pastikan pengelolaannya aman. Kami tidak ingin kasus seperti ini mengganggu program yang sebenarnya sangat dibutuhkan masyarakat,” jelasnya.

Hingga saat ini, polisi telah memeriksa sejumlah pihak mulai dari penanggung jawab pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), juru masak, kurir pengantar makanan, hingga ahli gizi. Pemeriksaan saksi ahli tambahan juga tengah dijadwalkan.

Versi BGN: Hasil Lab Negatif dari Kandungan Racun

Berbeda dengan hasil Labkesda, Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan bahwa pemeriksaan laboratorium yang dilakukan lembaga mereka tidak menemukan kandungan racun dalam sampel makanan yang dikonsumsi para siswa.

“Hasilnya negatif racun, baik untuk tray makanan, air, hingga muntahan,” terang Kepala BGN, Dadan Hindayana, dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta.

Namun, Dadan tidak menampik bahwa masih ada penelusuran lanjutan terkait penyebab gejala keracunan yang dialami para siswa, seperti mual, muntah, diare, dan pusing.

Insiden di Cianjur Bukan Kasus Pertama

Peristiwa keracunan ini terjadi pada Senin (21/4/2025), dan melibatkan siswa dari MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur yang mengonsumsi makanan dari program MBG. Setelah makan siang, sejumlah siswa langsung mengalami gejala gangguan pencernaan.

Wakil Kepala Sekolah MAN 1 Cianjur, Rahman Jaenudi, menyampaikan bahwa sebagian besar siswa yang sempat dirawat kini telah dipulangkan. Namun, insiden ini menambah daftar panjang kasus serupa yang sebelumnya telah terjadi di beberapa daerah, termasuk yang terbaru di Sumatera Selatan dengan jumlah korban mencapai ratusan siswa.

Tantangan untuk Pemerintah: Perbaiki, Bukan Sekadar Klaim Sukses

Program MBG sejatinya membawa misi mulia: menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah di seluruh Indonesia. Namun, insiden seperti ini menunjukkan celah besar dalam manajemen mutu dan kontrol lapangan.

Sejumlah pengamat gizi dan kebijakan publik mengingatkan bahwa program ini jangan hanya dijadikan alat klaim politik, melainkan perlu dievaluasi secara menyeluruh agar benar-benar aman, berkualitas, dan berkelanjutan.


Tampang.com akan terus memantau perkembangan kasus ini, termasuk hasil penyelidikan lanjutan dan kebijakan perbaikan dari pemerintah. Karena dalam urusan pangan anak-anak, tidak ada ruang untuk kelalaian.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved