Keracunan Massal MBG di Bogor, Korban Tembus 214 Siswa dan Ditemukan Bakteri Berbahaya
Tanggal: 13 Mei 2025 22:23 wib.
Tampang.com | Kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) di Kota Bogor, Jawa Barat, terus menjadi sorotan publik setelah jumlah korbannya terus bertambah. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan Kota Bogor per Sabtu (10/5/2025), jumlah siswa yang terdampak telah mencapai 214 orang, meningkat dari sebelumnya 210 orang.
Penyebaran Meluas ke 12 Sekolah
Insiden ini pertama kali dilaporkan pada Rabu (7/5/2025). Seiring penyelidikan, ditemukan bahwa dapur milik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bosowa Bina Insani yang menyuplai MBG juga melayani distribusi makanan ke 12 sekolah lainnya.
Dari hasil penelusuran epidemiologi, tercatat sembilan sekolah yang telah resmi melaporkan adanya kasus keracunan di lingkungan siswanya, di antaranya:
TK Bosowa Bina Insani: 25 siswa
SD Bosowa Bina Insani: 10 siswa
SMP Bosowa Bina Insani: 94 siswa
SMA Bosowa Bina Insani: 1 siswa
SDN Kukupu 3: 8 siswa
SDN Kedung Waringin: 7 siswa
SDN Kedung Jaya 1: 16 siswa
SDN Kedung Jaya 2: 45 siswa
SMP Bina Graha: 8 siswa
Makanan Positif Mengandung E. Coli dan Salmonella
Wali Kota Bogor Dedie Rachim mengonfirmasi bahwa hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Labkesda Kota Bogor menemukan adanya dua jenis bakteri berbahaya pada makanan MBG. Bakteri tersebut adalah Escherichia coli (E. coli) dan Salmonella.
“Kami mendapati dua makanan yang menjadi sumber bakteri, yaitu telur ceplok dengan bumbu barbeque serta tumis tahu dan toge,” ungkap Dedie di Rumah Dinas Wali Kota, Senin (12/5/2025).
Sampel yang diuji berasal dari sisa makanan para siswa yang dilaporkan mengalami keracunan. Temuan ini memperkuat dugaan bahwa keracunan terjadi akibat kontaminasi pada proses penyajian makanan.
Gejala Dialami Siswa: Mual, Muntah, hingga Diare
Kepala SDN Kedung Jaya 1, Rudi Hartono, menceritakan bahwa beberapa siswanya mulai mengalami keluhan seperti mual, muntah, dan pusing sehari setelah mengonsumsi paket MBG yang dikirim pada Selasa (6/5/2025).
“Saat kejadian kami belum tahu persis penyebabnya, tapi dugaan kuat berasal dari menu yang berisi telur, tahu, sayur toge, dan pisang,” ujar Rudi.
Pihak sekolah langsung bergerak cepat dengan melaporkan ke Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan pihak penyedia MBG untuk penanganan darurat.
Status KLB Resmi Ditetapkan Pemkot Bogor
Melihat sebaran kasus yang semakin meluas dan jumlah korban yang terus bertambah, Pemerintah Kota Bogor menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk insiden keracunan MBG ini.
“Kami tetapkan KLB dan telah melakukan koordinasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk evaluasi menyeluruh,” tegas Dedie Rachim.
Ia memastikan seluruh korban mendapatkan perawatan medis gratis yang ditanggung penuh oleh Pemkot Bogor.
BGN Lakukan Evaluasi Sistem Distribusi MBG
Menanggapi insiden ini, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyampaikan bahwa pihaknya akan segera mengevaluasi prosedur standar pengolahan makanan MBG, mulai dari pemilihan bahan baku, proses memasak, hingga distribusi dari dapur ke sekolah.
“Kami juga akan memperkuat uji organoleptik dan melakukan pelatihan berkala setiap tiga bulan bagi seluruh dapur SPPG,” kata Dadan.
Tak hanya itu, BGN akan bekerja sama dengan BPOM, Dinkes, serta profesional kuliner untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan MBG di masa mendatang.