Sumber foto: Canva

Kenapa Banyak Orang Indonesia Suka Makan Pakai Tangan Langsung?

Tanggal: 19 Jul 2025 08:31 wib.
Di banyak negara Barat, makan pakai tangan mungkin dianggap kurang sopan atau primitif. Tapi coba lihat di Indonesia, kebiasaan ini justru sangat umum dan bahkan menjadi ciri khas budaya makan di berbagai daerah. Dari warung pinggir jalan sampai restoran fine dining yang menyajikan hidangan Nusantara, tidak sedikit orang yang memilih mencicipi santapan dengan jari-jemari. Ini bukan sekadar kebiasaan tanpa alasan, melainkan sebuah tradisi yang mengakar dalam budaya, sensori, bahkan filosofi hidup.

Warisan Budaya dan Tradisi yang Kuat

Makan dengan tangan di Indonesia bukan hal baru; itu adalah warisan budaya dan tradisi yang sudah ada turun-temurun. Jauh sebelum sendok dan garpu dikenal luas, nenek moyang kita sudah terbiasa menyantap hidangan dengan tangan. Kebiasaan ini diwariskan dari generasi ke generasi, terutama di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Minang, hingga Bali. Bagi banyak keluarga, makan pakai tangan adalah cara makan yang alami, tidak perlu alat bantu yang justru terasa membatasi.

Ada nuansa kebersamaan dan kesederhanaan dalam praktik ini. Makan bareng keluarga atau teman di atas tikar, dengan piring berisi nasi dan lauk yang disantap pakai tangan, seringkali menciptakan suasana yang lebih akrab dan hangat. Ini bukan hanya soal mengisi perut, tapi juga ritual sosial yang mempererat hubungan. Di beberapa daerah, makan pakai tangan adalah bentuk penghormatan terhadap makanan itu sendiri, sebuah gestur langsung yang menyatukan antara penikmat dan hidangan.

Pengalaman Sensori yang Lebih Kaya

Salah satu alasan paling kuat mengapa orang Indonesia suka makan pakai tangan adalah pengalaman sensorinya yang jauh lebih kaya. Saat menyuap nasi dan lauk dengan tangan, jari-jemari kita bersentuhan langsung dengan tekstur makanan. Kita bisa merasakan lembutnya nasi hangat, renyahnya ikan goreng, empuknya daging, atau licinnya sayuran. Suhu makanan pun terasa langsung, memberi dimensi lain pada pengalaman makan.

Sentuhan ini, yang tidak didapatkan saat menggunakan sendok atau garpu, dipercaya membuat makanan terasa lebih nikmat. Ada semacam koneksi primal antara tangan dan mulut yang memperkuat pleasure dalam makan. Ketika semua indra terlibat – penglihatan, penciuman, dan terutama sentuhan – makanan terasa lebih berkarakter. Konon, beberapa jenis makanan seperti nasi campur, nasi uduk, atau ayam goreng crispy memang paling mantap disantap dengan tangan, karena semua elemen bisa dicampur dan disatukan dengan sempurna dalam genggaman.

Efisiensi dan Kepraktisan dalam Mencampur Makanan

Selain soal sensori, makan pakai tangan juga menawarkan efisiensi dan kepraktisan tertentu, terutama untuk jenis makanan tertentu. Bayangkan makan pecel lele, ayam bakar, atau nasi padang dengan sendok dan garpu. Agak sulit rasanya untuk mencampur sambal dengan nasi, meratakan bumbu, atau mengambil semua bagian lauk dengan sempurna. Tangan memungkinkan kita untuk mencampur dan meramu makanan sesuai selera dengan lebih leluasa.

Kita bisa mengaduk nasi dengan kuah gulai, meremas-remas sambal ke dalam lauk, atau memisahkan tulang ikan dengan lebih mudah. Ini adalah cara makan yang sangat adaptif terhadap hidangan Indonesia yang seringkali terdiri dari berbagai elemen yang perlu dicampur atau dipisah-pisah. Bagi sebagian orang, kemampuan untuk mengontrol porsi dan kombinasi makanan di setiap suapan juga menjadi nilai tambah.

Persepsi Kebersihan dan Kenyamanan

Mungkin terdengar paradoks bagi yang tidak terbiasa, tapi bagi banyak orang Indonesia, makan pakai tangan justru dianggap lebih bersih dan nyaman, asalkan tangan sudah dicuci bersih sebelumnya. Sensasi mencuci tangan sebelum dan sesudah makan itu sendiri menjadi bagian dari ritual yang memberi rasa bersih. Sendok dan garpu, meskipun terlihat higienis, kadang terasa "asing" di mulut atau kurang bersih jika tidak dicuci dengan sempurna.

Kenyamanan juga jadi faktor. Tidak perlu repot mencari atau membawa alat makan. Bagi yang sering makan di luar, terutama di warung-warung makan kaki lima yang ramai, makan pakai tangan terasa lebih praktis dan cepat. Ini adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging, dan bagi sebagian besar, terasa lebih alami dan nyaman dibanding menggunakan alat makan.

Jadi, kebiasaan makan pakai tangan di Indonesia itu bukan sekadar perilaku acak. Itu adalah cerminan dari kekayaan budaya, pengalaman sensori yang dipercaya lebih memuaskan, kepraktisan, dan persepsi kenyamanan pribadi. Di tengah modernisasi, tradisi ini tetap lestari, membuktikan bahwa ada cara menikmati makanan yang lebih dari sekadar mengisi perut, melainkan melibatkan seluruh indra dan menghidupkan kembali akar budaya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved