Sumber foto: Google

Kemiskinan di Tengah Kota Makin Parah, Modernisasi Justru Tinggalkan Warga Miskin di Belakang!

Tanggal: 17 Mei 2025 13:33 wib.
Tampang.com | Kota-kota besar Indonesia terus berbenah dengan wajah modern: gedung pencakar langit, apartemen mewah, dan pusat perbelanjaan megah. Namun di balik kemilau itu, tersembunyi kenyataan pahit: jutaan warga miskin kota yang kian terpinggirkan secara ekonomi dan sosial.

Harga Hidup Meningkat, Pendapatan Tak Bergerak
Modernisasi kota membawa dampak ekonomi yang tak merata. Biaya hidup di sektor perumahan, transportasi, dan makanan melonjak tajam, sementara pendapatan warga kelas bawah nyaris stagnan.

“Dulu bisa makan nasi dengan lauk sederhana cukup Rp10 ribu. Sekarang, segitu cuma cukup buat air mineral dan nasi,” ujar Burhan, buruh harian di Jakarta Utara.

Hunian Layak Makin Sulit Diakses
Gentrifikasi atau perubahan fungsi kawasan membuat warga miskin tersingkir dari pusat kota. Kampung-kampung padat dibongkar demi pembangunan properti komersial, memaksa warga pindah ke pinggiran tanpa dukungan infrastruktur yang memadai.

“Kami dipindah ke rusun, tapi biaya bulanan, listrik, air, dan transportasinya justru lebih mahal,” kata Yanti, warga terdampak relokasi di Bandung.

Minim Akses terhadap Layanan Dasar
Warga miskin kota juga kesulitan mengakses layanan pendidikan, kesehatan, dan transportasi umum yang layak. Banyak anak putus sekolah karena tidak mampu membeli perlengkapan dasar, dan puskesmas terdekat pun sulit dijangkau karena harus naik kendaraan dua kali lipat lebih mahal dari ongkos sebelumnya.

“Modernisasi seharusnya memperbaiki hidup semua warga, bukan hanya memperindah kota untuk investor,” ungkap Nurkholis, aktivis sosial dari Koalisi Urban Setara.

Ketimpangan Meningkat, Risiko Sosial Mengintai
Studi dari berbagai lembaga menunjukkan bahwa ketimpangan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan terus melebar. Ketidakpuasan sosial pun makin tampak dalam bentuk protes warga, maraknya kriminalitas kecil, hingga meningkatnya pengangguran terselubung.

“Ketimpangan itu bom waktu. Kalau tidak segera diatasi, kota akan menghadapi krisis sosial yang jauh lebih kompleks,” ujar Nurkholis.

Pembangunan Kota Harus Manusiawi dan Inklusif
Pakar menekankan bahwa modernisasi tak bisa hanya diukur dari jumlah infrastruktur dan investor masuk. Ukuran keberhasilan pembangunan adalah ketika masyarakat bawah juga ikut merasakan dampaknya secara nyata.

“Modernisasi harusnya mengangkat semua, bukan meninggalkan yang paling lemah,” tegas Nurkholis.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved