Kemenparekraf Genjot Industri Film Nasional Lewat Program AKTIF
Tanggal: 11 Agu 2025 09:12 wib.
Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) tengah memacu pengembangan industri film nasional melalui pembukaan akses ke pasar dan jalur distribusi di kawasan Asia Tenggara. Langkah ini dilakukan lewat Program Akselerasi Kreatif (AKTIF) yang difokuskan pada subsektor film. Program tersebut diharapkan dapat menjadi motor penggerak agar karya sineas lokal semakin dikenal di kancah internasional.
Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya menjelaskan bahwa Program AKTIF subsektor film merupakan bentuk konkret kolaborasi hexahelix, yakni sinergi antara pemerintah, pelaku industri film, media, akademisi, komunitas, dan sektor swasta. Menurutnya, keberhasilan industri kreatif tidak hanya ditentukan oleh ide-ide brilian, tetapi juga dukungan ekosistem yang solid.
"Ekonomi kreatif tidak hanya lahir dari ide, tetapi bertumbuh dari kolaborasi. Film sebagai medium ekspresi kreatif harus dikembangkan dengan dukungan nyata dari ekosistem, termasuk media sebagai mitra strategis," ujar Teuku Riefky dalam keterangan pers pada Kamis. Ia menegaskan bahwa karya sineas lokal memiliki potensi besar untuk menembus pasar global dan bersaing dengan produksi internasional.
Melalui program ini, Kemenparekraf ingin mendorong para kreator untuk menembus batas, memperluas jaringan, dan mengakses kanal distribusi yang lebih luas serta berdaya saing tinggi. Program AKTIF yang telah dilaksanakan pada Juni 2025 mencakup proses kurasi, pelatihan, distribusi, dan promosi. Dalam tahap kurasi dan pelatihan, Kemenparekraf menggandeng Indonesia Digital Media Institute (Indepark Institute), sebuah unit pendidikan dari Emtek yang menghadirkan mentor-mentor profesional dari industri media digital.
Dari hasil kurasi tersebut, delapan karya peserta terpilih akan mendapat kesempatan ditayangkan secara eksklusif di platform streaming Vidio. Promosi konten dilakukan dengan dukungan penuh dari Emtek Digital (EMD) sebagai bagian dari strategi memperluas jangkauan penonton. Sejumlah film lokal yang sudah tersedia di Vidio.com antara lain “Gadis dan Penatu”, “Noda-Noda Seragam”, dan “Wong Telu”, yang masing-masing menampilkan keunikan cerita dan karakter khas Indonesia.
Kemenparekraf bersama Emtek juga menegaskan komitmen mereka untuk memastikan skema monetisasi karya kreator berjalan transparan, dengan pembagian pendapatan yang adil. Teuku Riefky menyebut bahwa subsektor film tidak hanya menjadi wajah budaya bangsa, tetapi juga bisa menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi kreatif di masa depan.
"Subsektor film adalah wajah budaya sekaligus tulang punggung ekonomi kreatif ke depan. Lewat program ini, kami dorong lebih banyak karya yang tak hanya ditonton, tapi juga menjadi penggerak ekonomi baru dari sektor kreatif," ujarnya.
Kemenparekraf menargetkan agar program pembinaan seperti AKTIF bisa dijalankan secara berkelanjutan, sehingga para pembuat film lokal terus mendapatkan kesempatan mengembangkan diri. Dengan begitu, subsektor film diharapkan dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi, khususnya di daerah-daerah yang memiliki potensi besar di industri kreatif.