Kemenparekraf Dorong Yapen Melaju Lewat Koperasi Merah Putih dan Musik Lokal
Tanggal: 1 Sep 2025 14:24 wib.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) terus memperluas langkah strategis dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal di berbagai daerah. Salah satu fokus terbaru adalah Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua, yang dinilai memiliki potensi besar dalam memadukan kekuatan budaya, sumber daya alam, serta kreativitas masyarakatnya. Upaya percepatan ini dilakukan melalui dua jalur utama, yakni penguatan peran Koperasi Merah Putih sebagai motor penggerak pemasaran produk lokal, dan pengembangan sektor musik sebagai subsektor kreatif unggulan yang dapat menembus panggung nasional bahkan internasional.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya, menjelaskan bahwa Kemenparekraf berkomitmen bukan hanya sebagai regulator, melainkan juga akselerator dan fasilitator bagi masyarakat kreatif di daerah. Dalam keterangan pers yang diterima Jumat, ia menekankan pentingnya menghadirkan pelatihan-pelatihan bagi para pelaku usaha, khususnya yang tergabung dalam koperasi desa. Pelatihan tersebut dapat berupa pembekalan keterampilan sebagai konten kreator maupun afiliator agar produk-produk kreatif masyarakat misalnya olahan kuliner berbahan kekayaan laut dan hasil hutan Yapen bisa dipasarkan secara lebih luas, tidak hanya antar-desa atau kabupaten, melainkan juga lintas provinsi. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan kolaborasi yang telah terbangun bersama Kementerian Koperasi, yang sama-sama mendorong koperasi desa sebagai tulang punggung ekonomi kreatif lokal.
Di sisi lain, Menteri Riefky juga menyoroti bahwa Papua memiliki kekuatan budaya yang sangat khas dan bernilai ekonomi tinggi jika dikelola secara tepat, salah satunya lewat musik. Menurutnya, seni musik tidak semata-mata menjadi media ekspresi, melainkan bisa berkembang menjadi instrumen ekonomi baru yang mampu menopang kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, Kemenparekraf mendorong implementasi program “Akselerasi Kreatif Musik” di Kepulauan Yapen, dengan harapan musik lokal Papua bisa mendapatkan rekognisi di level nasional hingga global. Jika ini berjalan dengan baik, kontribusi musik tidak hanya terasa pada ranah budaya, tetapi juga memberikan dampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang berakar dari daerah.
Bupati Kepulauan Yapen, Benyamin Arisoy, turut menyambut positif langkah ini. Saat melakukan kunjungan ke Jakarta pada Kamis (28/8), ia menegaskan bahwa visi pemerintah pusat melalui Kemenparekraf sejalan dengan arah kebijakan daerah yang memang menjadikan seni musik sebagai salah satu subsektor prioritas. Ia mengungkapkan bahwa di Kepulauan Yapen saat ini telah terbentuk sedikitnya 15 kelompok musik aktif yang konsisten berkarya. Kehadiran dukungan dari kementerian diyakini akan semakin memperkuat kiprah mereka, sehingga karya musik asal Yapen bukan hanya sebatas hiburan lokal, tetapi juga dapat berkembang menjadi identitas budaya yang berdaya saing dan menghidupi perekonomian daerah.
Kabupaten Kepulauan Yapen sendiri merupakan wilayah yang kaya dengan potensi ekraf berbasis kearifan lokal. Terletak di Provinsi Papua dengan ibu kota di Serui Kota, Yapen terbentuk dari pemekaran Kabupaten Yapen Waropen dan memiliki wilayah daratan serta perairan sekitar 7.146 km². Sumber daya alamnya melimpah dan masih terjaga, mulai dari laut yang menyediakan bahan baku kuliner khas hingga hutan yang bisa diolah menjadi produk kriya. Selain itu, tradisi fesyen berbasis tenun, musik tradisional, hingga sektor ekowisata yang menampilkan panorama bahari dan alam tropis menjadi modal besar untuk dikembangkan. Bahkan, sektor kreatif modern seperti film dan animasi juga memiliki peluang untuk tumbuh dari tanah Yapen, jika didukung dengan ekosistem yang tepat.
Tak heran jika Papua, termasuk Yapen, masuk dalam daftar 15 provinsi prioritas pengembangan ekonomi kreatif yang ditetapkan Presiden untuk lima tahun ke depan. Penjajakan kolaborasi ini selaras dengan visi pemerintah yang menempatkan ekonomi kreatif sebagai “the new engine of growth” bagi Indonesia. Artinya, karya lokal berbasis budaya dan potensi alam tidak hanya dijaga sebagai warisan, melainkan juga didorong untuk naik kelas, berdaya saing global, dan berkontribusi nyata terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.