Kemenpar Tegaskan Indonesia Punya Keunggulan Kompetitif dalam Wisata Minat Khusus

Tanggal: 31 Jul 2025 07:39 wib.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menegaskan bahwa Indonesia memiliki daya saing tinggi dalam pengembangan wisata minat khusus, terutama pada tiga sektor utama yakni gastronomi, wisata bahari, dan wisata kebugaran. Ketiga sektor ini dinilai mampu memberikan pengalaman wisata yang lebih mendalam, bernilai tambah, dan berkelanjutan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

“Dengan fokus pada gastronomi, bahari, dan wellness, Indonesia tidak hanya menjual destinasi, tapi juga pengalaman yang otentik dan menyentuh dimensi budaya, alam, serta kesehatan,” ujar Deputi Bidang Pemasaran Kemenpar, Ni Made Ayu Marthini, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (29/7).

Dari sisi gastronomi, Indonesia memiliki keanekaragaman kuliner yang sangat kaya dan bersumber dari kearifan lokal yang hidup di setiap daerah. Kuliner seperti rendang, sate, soto, hingga jamu tradisional tak hanya menggugah selera, tetapi juga merepresentasikan warisan budaya yang kuat. Potensi ini, kata Made, terus diangkat melalui berbagai promosi kuliner di dalam dan luar negeri.

Sementara itu, sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia memiliki potensi wisata bahari yang luar biasa. Destinasi unggulan seperti Raja Ampat, Wakatobi, Labuan Bajo, dan Kepulauan Seribu menawarkan pesona alam bawah laut kelas dunia yang ideal untuk aktivitas diving, snorkeling, hingga liveaboard. “Pengembangan wisata bahari kami arahkan ke model yang berkelanjutan dan konservatif, demi menjaga kelestarian laut dan habitatnya,” tambah Made.

Dalam sektor wisata kebugaran, Indonesia juga memiliki pendekatan yang khas, menggabungkan unsur alam, budaya, dan spiritualitas. Wellness tourism di Tanah Air tidak hanya terbatas pada spa dan yoga, tetapi juga mencakup pengobatan tradisional, meditasi, relaksasi berbasis kearifan lokal, hingga praktik penyembuhan alami yang menyatu dengan lanskap tropis dan ketenangan alam.

Meski memiliki banyak keunggulan, Made mengakui bahwa tantangan utama yang dihadapi sektor pariwisata Indonesia masih mencakup aspek konektivitas antarwilayah, promosi yang belum merata, serta kebutuhan peningkatan infrastruktur dan amenitas di destinasi wisata. Tantangan-tantangan ini dinilai sebagai alasan mengapa sektor pariwisata Indonesia masih berada di bawah Thailand, yang dikenal memiliki industri pariwisata yang lebih matang, terintegrasi, dan agresif dalam pemasaran.

“Thailand memang unggul dari sisi promosi dan infrastruktur. Namun, Indonesia tidak tinggal diam. Kami terus mengejar ketertinggalan ini dengan langkah-langkah strategis yang terukur,” jelasnya.

Sebagai upaya untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar global, Kemenparekraf gencar melakukan promosi destinasi melalui berbagai platform digital, kerja sama co-branding dengan mitra internasional, dan keikutsertaan dalam pameran pariwisata skala dunia. Selain itu, penguatan travel trade dan penyelenggaraan event promosi internasional juga menjadi agenda rutin.

Kemenparekraf juga terus mendorong penguatan kapasitas destinasi pariwisata dari sisi sumber daya manusia, peningkatan fasilitas (amenitas), dan tata kelola yang berbasis keberlanjutan. Ini dilakukan agar setiap destinasi tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan mempertahankan kelestarian lingkungan serta budaya lokal.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved