Kemenpar Dorong Desa Tommo Jadi Desa Wisata Andalan Mamuju
Tanggal: 1 Sep 2025 14:29 wib.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menaruh perhatian besar pada Desa Tommo di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Desa yang terbentuk dari program transmigrasi pada 1983 ini dinilai memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai desa wisata unggulan di wilayah Sulbar, berkat kekayaan budaya, tradisi, serta keragaman masyarakatnya.
Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa saat kunjungan kerjanya pada Selasa (26/8) menyebut, Desa Tommo bisa menjadi destinasi alternatif bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin menikmati ritual keagamaan Hindu tanpa harus jauh-jauh ke Bali.
“Banyak orang datang ke Bali hanya untuk menyaksikan Ngaben. Saya pikir, ke depan masyarakat cukup datang ke Desa Tommo untuk melihat prosesi tersebut. Tentu hal ini akan jadi daya tarik besar, asal kita dukung dengan fasilitas dan pengelolaan yang baik,” ujar Ni Luh dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (27/8).
Desa Tommo memiliki sejarah panjang yang unik. Awalnya, desa ini dihuni oleh transmigran asal Bali yang kemudian berbaur dengan masyarakat lokal Bugis, Mandar, serta etnis lain seperti Jawa, Sunda, dan Toraja. Hingga kini, Desa Tommo dikenal sebagai desa multietnis yang hidup rukun berdampingan dengan menjunjung tinggi nilai toleransi.
Mayoritas masyarakat Desa Tommo masih memegang erat tradisi Hindu Bali, terutama dalam pelaksanaan upacara keagamaan. Dua perayaan penting yang rutin diselenggarakan adalah Nyepi dan Ngaben.
Pada saat menjelang Nyepi, Desa Tommo selalu menggelar pawai ogoh-ogoh, sebuah tradisi pengerupukan yang meriah dan penuh warna. Parade ogoh-ogoh ini kerap menarik perhatian wisatawan lokal dari berbagai wilayah Sulawesi. Sementara itu, prosesi Ngaben massal yang digelar setiap tiga tahun sekali menjadi magnet besar yang menyedot perhatian pengunjung karena skalanya yang sakral dan spektakuler.
Wamenparekraf menilai, kedua tradisi ini bisa dikemas menjadi paket wisata budaya dan religi yang bernilai jual tinggi. Wisatawan tidak hanya dapat menyaksikan prosesi upacara, tetapi juga berinteraksi dengan masyarakat, menikmati kuliner khas, dan mempelajari kearifan lokal.
“Wisata itu bukan hanya soal pemandangan alam, tapi juga pengalaman budaya yang otentik. Desa Tommo punya keunggulan itu,” kata Ni Luh.
Selain budaya, Desa Tommo juga dikenal sebagai sentra perkebunan jagung, yang menjadi mata pencaharian utama warganya. Hal ini membuka peluang pengembangan agrowisata, di mana wisatawan bisa merasakan pengalaman langsung ikut menanam atau memanen hasil bumi bersama petani lokal.
Untuk merealisasikan hal tersebut, Kemenparekraf mendorong pemerintah daerah dan masyarakat setempat membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Kelembagaan ini dianggap penting sebagai motor penggerak desa wisata yang mampu mengelola atraksi, fasilitas, dan promosi secara berkelanjutan.
Selain itu, pengembangan Desa Tommo sejalan dengan program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih, salah satu program unggulan pemerintahan Prabowo-Gibran. Koperasi ini diharapkan mampu memperkuat tata kelola ekonomi desa, menciptakan lapangan kerja, serta menekan angka kemiskinan melalui sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Tentu hal ini tidak bisa dikerjakan sendirian. Desa Tommo hanya bisa maju kalau semua pihak—pemerintah pusat, daerah, dan masyarakatbergerak bersama-sama,” tegas Ni Luh.
Bupati Mamuju, Sitti Sutinah Suhardi, yang turut mendampingi kunjungan tersebut menyambut baik rencana Kemenparekraf. Ia berharap Desa Tommo benar-benar bisa berkembang sebagai ikon pariwisata Mamuju sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya Sulawesi Barat ke tingkat nasional maupun internasional.
“Desa Tommo ini sangat unik dan kaya potensi wisata. Dengan dukungan pemerintah pusat, kami optimis desa ini bisa menjadi destinasi unggulan,” ujarnya.
Hingga kini, pemerintah daerah bersama masyarakat setempat masih melakukan pemetaan kebutuhan fasilitas, mulai dari perbaikan akses jalan, pembangunan sarana akomodasi sederhana, hingga pelatihan SDM pariwisata berbasis komunitas.
Dengan komitmen bersama, Desa Tommo diharapkan dapat berkembang menjadi desa wisata unggulan yang tidak hanya menghadirkan atraksi budaya, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat setempat.