Sumber foto: iStock

Kemenkes Ungkap Perkembangan Health Tourism di Indonesia

Tanggal: 12 Okt 2024 18:55 wib.
Pariwisata Kesehatan atau yang dikenal dengan "Health Tourism" semakin berkembang pesat di Indonesia. Pemerintah pun tengah aktif memajukan sektor pariwisata kesehatan ini, dengan beberapa daerah di Indonesia yang telah mulai menerapkan konsep wisata kesehatan.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) turut memberikan penjelasan terkait dengan proyek ini, menandakan komitmen pemerintah dalam mengembangkan sektor kesehatan yang berbasis pariwisata.

Siti Nadia Tarmizi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, menegaskan bahwa sektor pariwisata kesehatan terus dijalankan dan baru-baru ini telah dilakukan kerjasama antara Rumah Sakit Ngoerah Denpasar dengan SUN Healthcare International dari Korea Selatan untuk layanan Wellness and Aesthetic Center (NSWAC).

"Kami terus mendukung pengembangan pariwisata kesehatan, seperti contohnya kerjasama yang baru saja dilakukan di Bali," ungkapnya.

Tidak hanya itu, Jubir Kemenkes RI, dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, juga menjelaskan bahwa wisata medis bukan hanya menjadi daya tarik bagi warga Indonesia untuk berobat di dalam negeri, tetapi juga untuk menarik minat wisatawan mancanegara (Wisman) dalam mengakses layanan kesehatan.

"Sebagai contoh, ketika seseorang berobat ke Surabaya, mereka juga dapat mengunjungi RS Soetomo atau rumah sakit internasional lainnya di Surabaya, dan sekaligus menikmati paket wisata seperti kunjungan ke Gunung Bromo. Di Yogyakarta, wisatawan juga dapat berobat di Rumah Sakit Sardjito sambil menikmati keindahan Keraton, pantai-pantai, pijat tradisional, spa, dan sebagainya," jelas Syahril.

Lebih lanjut, Syahril juga mengungkapkan bahwa sektor pariwisata kesehatan ini tidak dapat menggunakan layanan BPJS, tetapi dapat memanfaatkan asuransi kesehatan swasta. Hal ini sejalan dengan kecenderungan masyarakat Indonesia yang memilih menggunakan asuransi swasta ketika berobat ke luar negeri.

"Meskipun layanan BPJS tidak berlaku, namun asuransi swasta tetap dapat digunakan. Sebagian masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri pun lebih memilih asuransi swasta daripada BPJS. BPJS cukup untuk layanan rumah sakit dengan rujukan," tambahnya.

Berbagai faktor mengapa warga Indonesia memilih untuk berobat ke luar negeri juga telah diidentifikasi. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Moh. Adib Khumaidi, SpOT, menyatakan bahwa meskipun pelayanan kesehatan di Indonesia telah berkembang, namun masih terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan warga Indonesia untuk berobat ke luar negeri.

Pertama, faktor pelayanan kesehatan yang tergantung pada kemampuan dokter dan rumah sakit menjadi salah satu pertimbangan utama. Adib menegaskan bahwa peningkatan komunikasi antara dokter dan pasien dapat menjadi faktor penentu, terutama dalam hal mendapatkan konsultasi dan penjelasan mengenai kondisi medis.

"Kemampuan dokter di Indonesia harus ditingkatkan. Salah satu alasan mengapa banyak pasien memilih berobat ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura, adalah karena komunikasi yang lebih lancar, dibandingkan dengan di Indonesia. Ini merupakan masukan penting bagi kita untuk terus memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan di dalam negeri," paparnya.

Selain itu, faktor harga transportasi yang terjangkau juga menjadi pertimbangan penting bagi warga Indonesia. Adib menekankan bahwa aksesibilitas menuju tempat perawatan kesehatan menjadi faktor penentu, terutama ketika pasien tidak mendapatkan pelayanan yang memadai di dalam negeri.

"Salah satu faktor penting mengapa masyarakat Medan memilih untuk berobat ke luar negeri adalah karena aksesibilitas transportasi yang murah. Ketika tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan di dalam negeri, mereka akan mencari tempat perawatan kesehatan yang mudah diakses," ungkapnya.

Faktor lain yang turut memengaruhi keputusan warga Indonesia untuk berobat ke luar negeri adalah kebijakan perpajakan yang lebih menguntungkan. Adib menyoroti kebijakan bebas pajak bagi masyarakat asing yang berobat di beberapa negara, seperti Malaysia, yang menjadi salah satu faktor penarik bagi warga Indonesia.

"Selain itu, biaya pengobatan yang lebih murah di negara lain, seperti di Malaysia, juga menjadi faktor pendukung dalam berkembangnya medical tourism. Kebijakan bebas pajak untuk masyarakat asing di luar negara menjadi pendorong bagi warga Indonesia untuk mencari perawatan kesehatan di luar negeri. Hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi kita," jelasnya.

Seiring dengan perkembangan pariwisata kesehatan di Indonesia, pemerintah perlu terus mengupayakan peningkatan kualitas layanan kesehatan di dalam negeri. Komunikasi yang lebih efektif antara dokter dan pasien serta fasilitas transportasi yang terjangkau dapat menjadi faktor kunci dalam meningkatkan minat warga Indonesia untuk berobat di dalam negeri.

Oerlunya kebijakan pajak yang mendukung serta peningkatan aksesibilitas terhadap layanan kesehatan juga perlu menjadi perhatian utama agar Indonesia dapat menjadi tujuan utama dalam industri pariwisata kesehatan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved