Kemenkes Ingatkan Warga Waspadai Bakteri Kebal Antibiotik Bisa Sebabkan Kematian
Tanggal: 19 Sep 2024 21:25 wib.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyoroti pentingnya kehati-hatian dalam penggunaan antibiotik karena dapat memunculkan bakteri yang kebal terhadap antibiotik. Situasi ini dikenal sebagai resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/AMR) yang berdampak pada kesulitan dalam pengobatan dan perawatan pasien.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Azhar Jaya membocorkan data resistensi antimikroba yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel. Data tersebut mencakup dua jenis bakteri yang kebal terhadap antibiotik.
Menurut Azhar, “Data AMR di Indonesia secara khusus didapatkan dari data yang dilaporkan oleh rumah sakit sentinel yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, di mana hasil pengukuran Extended-spectrum Beta-Lactamase (ESBL) tahun 2022 pada 20 rumah sakit sentinel site sebesar 68%.” Dia menjelaskan bahwa angka ini menunjukkan peningkatan resistensi antimikroba pada bakteri jenis Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae.
Kedua bakteri ini dapat menyebabkan kematian dan menyerang seluruh sistem organ dalam tubuh manusia. Azhar juga menegaskan bahwa untuk memperoleh data yang mewakili Indonesia, pengukuran ESBL pada akhir tahun 2024 akan dilakukan di 56 rumah sakit sentinel yang tersebar di wilayah Indonesia barat, tengah, dan timur serta melibatkan rumah sakit milik pemerintah, pemerintah daerah, dan swasta.
Data dari WHO Global Antimicrobial Resistance and Use Surveillance System (GLASS) yang diperbarui pada 2022 menunjukkan bahwa resistensi antimikroba pada Escherichia coli dan Klebsiella pneumoniae di Indonesia terdeteksi melalui pemeriksaan spesimen darah dan urine pasien yang terinfeksi AMR.
Berdasarkan laporan rumah sakit yang diterima Kemenkes, penanganan pasien dengan infeksi resistensi antimikroba membutuhkan upaya yang besar. Bakteri yang kebal terhadap antibiotik mempengaruhi perawatan pasien dengan beberapa faktor yang sulit, seperti pilihan obat terbatas, penegakan diagnosis yang lambat, efek samping pengobatan, penyebaran infeksi, dan biaya tinggi dalam perawatan.
Menyikapi dampak infeksi resistensi antimikroba pada pasien, masyarakat diimbau untuk mengkonsumsi antibiotik dengan bijak. Dirjen Pelayanan Kesehatan Azhar Jaya memberikan himbauan kepada masyarakat terkait konsumsi antibiotik, di antaranya:
a. Gunakan antibiotik hanya ketika diresepkan oleh dokter. Ikuti petunjuk dokter mengenai dosis dan durasi pengobatan.
b. Jangan menggunakan antibiotik yang dibeli tanpa resep atau sisa obat dari perawatan sebelumnya.
c. Jika dokter meresepkan antibiotik untuk infeksi yang tampaknya ringan, tanyakan alasan dan manfaatnya, serta alternatif pengobatan yang mungkin tersedia.
d. Pastikan antibiotik yang diberikan kepada hewan peliharaan juga digunakan secara bijaksana.
e. Lakukan kebiasaan higienis yang baik seperti mencuci tangan secara teratur dan lakukan vaksinasi yang diperlukan untuk mencegah infeksi.
f. Diskusikan kekhawatiran Anda dengan tenaga medis tentang penggunaan antibiotik serta pertimbangkan manfaat dan risikonya.
Berdasarkan pemahaman atas situasi resistensi antimikroba, penting bagi masyarakat dan tenaga medis untuk mengambil langkah preventif dan pencegahan yang diperlukan guna meminimalkan risiko terjadinya resistensi antibiotik. Masyarakat juga perlu disadarkan akan dampak yang mungkin ditimbulkan dari resistensi antimikroba, demi menjaga kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Pengetahuan dan kesadaran akan penggunaan antibiotik yang bijaksana dapat membantu menjaga kesehatan individu dan masyarakat pada umumnya. Menyadari pentingnya peran semua pihak dalam menanggulangi masalah resistensi antimikroba, diharapkan kesadaran akan pentingnya penggunaan antibiotik yang bijaksana dapat meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.