Kemendikdasmen Bagikan 20.000 Buku Gratis untuk Temani Anak Mudik
Tanggal: 27 Mar 2025 11:58 wib.
Ribuan pemudik yang memenuhi Stasiun Pasar Senen pada musim mudik kali ini tidak hanya membawa koper dan barang-barang bawaan, tetapi juga mendapatkan kesempatan berharga untuk membawa pulang buku-buku cerita secara gratis. Program ini dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sebagai upaya untuk menanamkan budaya membaca pada anak-anak sejak dini. Hal ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan anak pada gadget selama melakukan perjalanan.
Sebanyak 20.000 eksemplar buku dibagikan di enam lokasi keberangkatan utama yang ada di Jakarta. Lokasi-lokasi tersebut mencakup Stasiun Pasar Senen, Gambir, Kalideres, Kampung Rambutan, Pulo Gebang, dan Bandara Halim Perdanakusuma. Khusus untuk Stasiun Pasar Senen, sebanyak 3.000 buku telah disiapkan untuk pemudik.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu'ti, mengungkapkan bahwa perjalanan mudik seharusnya tidak hanya menjadi momen yang menyenangkan, tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Ia menjelaskan bahwa buku-buku yang dibagikan dapat menjadi teman dalam perjalanan bagi anak-anak, mendorong mereka untuk tidak hanya terpaku pada layar gawai, tetapi juga mendapatkan pengalaman membaca yang lebih berarti. “Alhamdulillah, kita membagikan buku yang sebagian besar adalah buku cerita anak. Target utama dari program ini adalah agar anak-anak bisa menikmati perjalanan dengan cerita-cerita yang edukatif, mendidik, dan membantu mereka membangun kebiasaan membaca,” ujarnya saat menghadiri acara Mudik Asyki Baca Buku 2025 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, pada Rabu (26/03/25).
Sejak tiga tahun terakhir, Kemendikdasmen bekerja sama dengan Badan Bahasa, Perpustakaan Nasional, dan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) untuk menghadirkan bahan bacaan berkualitas bagi masyarakat, khususnya kepada anak-anak. Hal yang menarik adalah bahwa selain buku fisik, kali ini juga diperkenalkan akses digital untuk pemudik yang ingin membaca melalui perangkat digital mereka. “Jadi, tidak semua bahan bacaan dalam bentuk cetak. Mereka juga bisa menggunakan gawai untuk mengakses buku secara digital. Ini adalah cara yang lebih mudah untuk menyediakan bahan bacaan yang menyenangkan,” lanjut Mu'ti.
Meskipun terdapat banyak buku yang dibagikan, tidak semua anak langsung antusias saat menerima buku tersebut. Beberapa anak tampak bingung dan bahkan ada yang bertanya tentang barang yang diberikan kepada mereka. Dalam konteks ini, orang tua berperan penting dalam membantu anak-anak mengembangkan minat baca. “Bagi anak-anak yang belum pandai membaca, peran orang tua sangat krusial. Ayah atau ibu bisa mendongeng dan membacakan cerita kepada mereka,” terang Mu'ti.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menambahkan bahwa rendahnya minat baca di Indonesia bukan hanya disebabkan oleh kebiasaan membaca yang kurang, tetapi juga karena bahan bacaan berkualitas yang masih terbatas. “Rendahnya budaya baca kita juga disebabkan oleh minimnya tersedia bahan bacaan berkualitas. Inilah tantangan kita bersama untuk meningkatkan akses terhadap bacaan yang menarik,” ungkap Hetifah. Ia berharap bahwa program seperti ini dapat diperluas agar lebih banyak anak yang berkesempatan mendapatkan akses terhadap bahan bacaan yang menarik dan berkualitas.
Meskipun buku yang dibagikan dalam program ini didominasi oleh buku cerita anak, ada beragam jenis buku yang disediakan. Selain dongeng, terdapat juga buku-buku yang disesuaikan dengan usia anak-anak, dan tetap memberikan manfaat pendidikan. Buku-buku tersebut dirancang untuk memperluas wawasan dan merangsang rasa ingin tahu anak-anak tentang berbagai bidang pengetahuan. Menurut Mu'ti, “Tidak semuanya buku dongeng. Ada juga buku-buku yang bersifat lebih serius. Namun, mayoritas adalah buku cerita anak karena itu adalah fokus utama program ini.” Ia menekankan bahwa buku yang dibagikan bukan berfungsi sebagai buku teks atau buku pelajaran, tetapi merupakan buku-buku pengayaan yang diharapkan dapat membangkitkan imajinasi dan menciptakan kebiasaan membaca yang menyenangkan.
Dengan begitu, diharapkan anak-anak dapat menerapkan Trigatra bangun bahasa, yaitu mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, serta menguasai bahasa asing. Program ini diharapkan memiliki dampak positif tidak hanya selama musim mudik, tetapi juga dalam jangka panjang, dengan menumbuhkan minat baca yang lebih luas di kalangan anak-anak Indonesia.