Kelompok Sida Asih Berhasil Wujudkan Konservasi Mangrove Jadi Wisata Edukasi di Cilacap

Tanggal: 18 Agu 2025 08:36 wib.
Kelompok Sida Asih di Kelurahan Kutawaru, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sukses mengembangkan kawasan konservasi mangrove di wilayah Segara Anakan hingga menjadi pusat edukasi sekaligus destinasi wisata berbasis lingkungan. Ketua Kelompok Sida Asih, Naswan, mengungkapkan bahwa inisiatif ini berawal dari keprihatinan almarhum ayahnya, Kartosaryan, yang sejak 1990-an mulai menanam mangrove secara mandiri demi mengatasi abrasi dan menyelamatkan ekosistem pesisir yang kala itu rusak parah.

Resmi berdiri pada 2016, Kelompok Sida Asih kini beranggotakan 32 orang, terdiri dari 15 laki-laki dan 17 perempuan. Dengan dukungan berbagai pihak, termasuk CSR PT Patra Niaga Integrated Terminal Cilacap, pembinaan yayasan, dan Dinas Kehutanan, kelompok ini mengelola Konservasi Mangrove Jagapati (Simanja) seluas 2 hektare dengan berbagai jenis tanaman seperti Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera, dan Ceriops. Selain itu, mereka juga menggarap lahan konservasi penghijauan seluas 45 hektare melalui program tanggung jawab sosial bersama sejumlah perusahaan.

Manfaat lingkungan dari upaya ini terlihat nyata. Kawasan pesisir yang dulunya sepi kini kembali hidup dengan beragam satwa seperti burung, ikan, dan kepiting. Secara ekologis, satu pohon mangrove mampu menopang hingga 10 jenis hewan, sementara 1 hektare mangrove dapat menyerap sekitar 4.500 ton karbon dioksida, menjadikannya investasi penting untuk kelestarian bumi.

Dampak ekonomi pun terasa bagi warga setempat. Sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan nelayan musiman kini mendapat tambahan penghasilan melalui pembibitan mangrove yang dipasarkan hingga luar daerah—pada 2020 saja, penjualan bibit mencapai 200 ribu batang. Kegiatan ini juga memunculkan berbagai unit usaha baru seperti kelompok tani wanita, bank sampah, dan kelompok nelayan “Pepes Sega Kecap” yang seluruhnya memanfaatkan potensi lingkungan.

Wisatawan yang berkunjung ke lokasi tidak hanya disuguhi pemandangan alam, tetapi juga edukasi mengenai ekosistem mangrove. Pengunjungnya beragam, mulai dari masyarakat umum hingga pelajar PAUD, sekolah, dan mahasiswa perguruan tinggi. Meski demikian, Naswan mengakui tantangan regenerasi anggota menjadi masalah tersendiri karena sebagian besar anggota kini berusia lanjut dan banyak anak muda memilih merantau. Untuk itu, kelompok ini berupaya mengedukasi generasi muda sejak dini agar ada penerus yang melanjutkan konservasi.

Program Simanja sendiri telah dinyatakan selesai pada 2024 oleh Pertamina sebagai mitra pendukung. Namun, Area Manager Communication Relations Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufik Kurniawan, menegaskan bahwa pihaknya tetap mendorong kemandirian kelompok agar keterampilan yang sudah dikuasai dapat direplikasi dan dibagikan ke komunitas lain, sehingga manfaatnya terus meluas.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved